Inilah respon atau reaksi dari apa yang diajarkan koreografer terhadap mereka yang tidak mengerti apa-apa tentang pementasan menjadi mengerti. Biasanya respon anak didik akan semakin positif, demikian itulah pentingnya latihan rutin agar menjadi pembiasaan diri mereka sendiri. Muncullah perilaku positif yang semakin kuat.
Koreografer biasanya melihat tingkah laku anak didiknya, karena dalam proses mengajar ia harus tahu apa kekurangan pada diri anak didiknya dan ini berdasarkan pengalamannya dalam mendidik.Â
Jadi koreografer lebih menitikberatkan pada tingkah laku anak didiknya, membentuk tingkah laku mereka menjadi poitif agar mudah beradaptasi pada lingkungannya dan mudah menguasai gerak-gerak tari garapannya. Kemajuan anak didik adalah harapan mereka.
Koreografer juga seringkali memberikan hadiah, pujian, penghargaan, dll kepada rekan kerja dan anak didiknya agar sikap kekeluargaan semakin kuat.Â
Contohnya pada saat ada yang berulang tahun, maka mereka akan di beri kejutan oleh koreogrfer bersama-sama dengan anak didiknya yang lain. Contoh lainnya seperti saat mereka mendapat juara pada festival ataupun parade tari, mereka akan mendapat hadiah/bonus, dapat berupa uang, barang, makan bersama atau jalan-jalan.Â
Walau nilainya tidak besar namun kegembiraan (respon) akan sangat membahagiakan. Akhirnya, mereka akan menjadi lebih termotivasi dan semakin bersemangat untuk di kemudian hari, dan seterusnya mereka akan lebih giat lagi untuk lebih maju dan hebat.
Menjadi seorang koreografer tidak bisa menjadi begitu saja, ada tahapan-tahapan atau proses yang harus mereka lalui, walau mereka bukan berasal dari pendidikan formal, seorang penari/koreografer otodidak (orang yang mendapat keahlian dengan belajar sendiri) pun dapat menjadi koreografer. Adapun menurut pandangan dan pengalaman saya menjadi seorang koreografer harus melewati beberapa tahapan, seperti:
1. Tahapan/proses fisik.
Disini, seorang koreografer harus menjadi penari dahulu, mulai dari belajar menari, mengolah tubuh, belajar seni tradisional daerahnya dan kemudian belajar/mengenal seni tradisional daerah-daerah lain.Â
Ia seperti diharuskan menguasai seni tradisional daerahnya sendiri, baik itu tarian, musik, busana, properti dan sebagainya, karena ini penting untuk memperkuat jati dirinya sendiri, memperkuat kreativitasnya dan memperkuat akar tariannya.Â
Namun jika ia ingin menjadi koreografer kontemporer maka ia bebas untuk tidak menguasai seni tradisional tersebut. Tapi saya sarankan untuk tetap menguasainya karena seni tradisional itu penting adanya.