Mohon tunggu...
Mohamad Agus Yaman
Mohamad Agus Yaman Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman

kreator Prov. Kep. Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Adat Pertunangan dan Pernikahan di Mentok Kabupaten Bangka Barat (bagian 4)

31 Desember 2019   11:06 Diperbarui: 2 Januari 2020   08:13 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Tari Mahar Cual (sanggar seni Rebang Emas)--dokpri

Jari-jari kuku tangan dihiasi dengan inai atau pacar

Bagi mempelai pria memakai jubah merah dan kadang-kadang berwarna agak kuning, dan pada kepalanya juga memakai sorban seperti mahkota serta dipinggang sebelah kiri disisipkan sebilah keris.

Konon menurut ceritanya pada zaman Rosulullah SAW dahulu pernah mengirimkan utusan ke negeri Cina dimana utusan tersebut jatuh cinta pada seorang gadis Cina dan melangsungkan pernikahan dengan gaddis cinta tersebut dan pada waktu pernikahan inilah mereka mengenakan pakaian adat pernikahan masing-masing. Kemudian karena banyaknya orang-orang Arab dan Cina yang pergi merantau ke pulau Bangka dan diantaranya ada pula yang melakukan pernikahan, maka banyaknya penduduk pulau Bangka terutama masyarakat kota Mentok yang meniru pakaian tersebut.

UPACARA JEMPUTAN

Upacara jemputan ini mulai pada malam pertama dan berakhir pada malam ketiga. Caranya ialah kira-kira jam sebelas malam atau pukul 23:00 WIB mempelai pria dijemput oleh utusan mempelai wanita untuk tidur dirumah istrinya dan di waktu subuh mempelai pria tersebut pulang kembali kerumah orang tuanya sendiri. Kemudian sekitar pukul 7:00 WIB pagi kembali lagi utusan mempelai wanita menjemput mempelai pria untuk makan pagi atau sarapan pagi dan setelah selesai mempelai pria pulang lagi kerumah orang tuanya. Pada waktu siang tepat usai zuhur datang kembali utusan mempelai wanita untuk menjemput mempelai pria makan siang, setelah selesai mempelai pria pulang lagi kerumah orang tuanya.

Pada sore harinya kira-kira pukul 15:00 WIB datang lagi utusan dari pihak mempelai wanita untuk menjemput mempelai pria untuk bermain-main dengan istrinya yang disertai pula dengan beberapa orang perempuan muda. Dalam pada itu biasanya diadakan suatu permainan cuki, sampai kira-kirajam 17:00 WIB. Adapun permainan cuki ini seperti permainan catur, buahnya terdiri dari warna hitam dan putih seperti buah kancing baju.

Permainan ini biasanya dilakukan oleh kaum wanita saja dengan memakai pakaian adat yaitu yang disebut tudung tuntus. Tudung tuntus adalah selendang kain bersusur tenunan Mentok, setelah dilipat menutupi kepala lalu lipatannya yang ditengah diuraikan bedepan dengan tangan dan dibuatkan lobang sedikit kira-kira untuk dapat melihat saja.

Demikianlah upacara jemputan dilakukan dan berturut-turut sampai hari yang ketiga sesudah hari pernikahan mereka. Pada malam pertama dan malam kedua masing-masing mempelai tidur dirumah orang tuanya masing-masing artinya mereka belum boleh tidur bersama.

MALAM PENGANTEN DAN TEPUNG TAWAR

Malam pengantin ini adalah malam yang penuh kenangan untuk kedua mempelai karena pada malam ni si suami baru boleh tidur dengan ditemani oleh isterinya, karena pada keesokan harinya pada waktu pagi hari akan diadakan upacara Tepung Tawar yang akan dihadiri oleh para tamu serta keluarga mempelai kedua belah pihak.

Alat-alat yang dipergunakan untuk mandi bertepung tawar ini adalah terdiri dari air tolak bala lebih kurang satu mangkuk, tepung kuning dan tepung putih secukupnya yang ddibawa oleh pihak mempelai pria, limau atau jeruk nipis yang telah di belah empat, ketupat lepas satu buah, "jalan" dua buah dan "tangguk" dua buah. Barang-barang ini selanjutnya di bagi dua masing-masing untuk mempelai pria dan mempelai wanita. Cara mandi bertepung tawar ini mula-mula dilakukan untuk mempelai pria.

Mempelai pria didudukkan di atas sebuah bangku kecil dengan kedua kaki membelunjur (diluruskan) ke depan. Kemudian mempelai pria disuruh meneguk air tolak bala sedikit. Setelah itu kembali lagi mempelai menghirup air tolak bala (kali ini tidak sampai ditelan) sambil menarik ketupat lepas yang sudah disediakan seperti tersebut diatas, dan air tolak bala yang ada pada mulut mempelai tadi lalu disemburkan kepada pusat belanak dengan menarik lepas kedua ujungnya.

Kemudian kembali lagi mempelai menghirup air tolak bala kemudian disemburkan kepada apa yang disebut tangguk, demikian pula diperbuatnya dengan apa yang disebut jalan. Sesudah itu baru tepung kuning dan tepung putih dicampur dan di ramas dengan limau (jeruk nipis) dan oleh seseorang yang telah ditentukan, biasanya seorang wanita yang sudah tua, digosokkan keseluruh tubuh atau badan mempelai pria.

Selanjutnya kembali untuk giliran mempelai wanita dan caranya sama seperti yang dilakukan terhadap mempelai pria. Adakalanya cara mandi tepung tawar ini dilakukan sekaligus atau serentak dengan cara kedua mempelai didudukkan bertolak belakang. Maksud daripada mandi bertepung tawar ini adalah untuk menolak segala penyakit yang mungkin akan menyerang mereka, serta diharapkan kedua mempelai selalu hidup dalam kerukunan dan mempunyai akan yang soleh.

BERAMBEH

Setelah mandi bertepung tawar, pada hari itu dan malam harinya mempelai wanita disuruh datang ke rumah mertuanya untuk berambeh atau bersujud, sedangkan mempelai pria tetap tinggal dirumah mempelai wanita.

Biasanya mempelai wanita menginap atau bermalam di rumah mertuanya ini selama dua hari dua malam. Selama dalam berambeh ini diadakan pula permainan cuki di rumah mempelai pria. Pada malam ketiga datanglah utusan dari mempelai wanita untuk menjemputnya pulang kembali kerumahnya. Sewaktu pulang ini mempelai wanita diberi hadiah beberapa lembar kain dan sebentuk cincin. Pada malam-malam selanjutnya barulah kedua suami isteri ini mengunjungi famili-famili dari sebelah mempelai pria maupun dari pihak mempelai wanita untuk memperkenalkan diri. Biasanya famili-famili yang dikunjungi memberikan pula hadiah-hadiah kepada suami isteri yang baru ini. Tentu saja sebelum mereka mengunjungi tersebut yang akan dikunjungi telah diberi kabar terlebih dahulu. 

Demikianlah sekilas lintas mengenai pernikahan di Mentok pada zaman sebelum perang dunia ke dua.

TAMAT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun