Mempelai pria didudukkan di atas sebuah bangku kecil dengan kedua kaki membelunjur (diluruskan) ke depan. Kemudian mempelai pria disuruh meneguk air tolak bala sedikit. Setelah itu kembali lagi mempelai menghirup air tolak bala (kali ini tidak sampai ditelan) sambil menarik ketupat lepas yang sudah disediakan seperti tersebut diatas, dan air tolak bala yang ada pada mulut mempelai tadi lalu disemburkan kepada pusat belanak dengan menarik lepas kedua ujungnya.
Kemudian kembali lagi mempelai menghirup air tolak bala kemudian disemburkan kepada apa yang disebut tangguk, demikian pula diperbuatnya dengan apa yang disebut jalan. Sesudah itu baru tepung kuning dan tepung putih dicampur dan di ramas dengan limau (jeruk nipis) dan oleh seseorang yang telah ditentukan, biasanya seorang wanita yang sudah tua, digosokkan keseluruh tubuh atau badan mempelai pria.
Selanjutnya kembali untuk giliran mempelai wanita dan caranya sama seperti yang dilakukan terhadap mempelai pria. Adakalanya cara mandi tepung tawar ini dilakukan sekaligus atau serentak dengan cara kedua mempelai didudukkan bertolak belakang. Maksud daripada mandi bertepung tawar ini adalah untuk menolak segala penyakit yang mungkin akan menyerang mereka, serta diharapkan kedua mempelai selalu hidup dalam kerukunan dan mempunyai akan yang soleh.
BERAMBEH
Setelah mandi bertepung tawar, pada hari itu dan malam harinya mempelai wanita disuruh datang ke rumah mertuanya untuk berambeh atau bersujud, sedangkan mempelai pria tetap tinggal dirumah mempelai wanita.
Biasanya mempelai wanita menginap atau bermalam di rumah mertuanya ini selama dua hari dua malam. Selama dalam berambeh ini diadakan pula permainan cuki di rumah mempelai pria. Pada malam ketiga datanglah utusan dari mempelai wanita untuk menjemputnya pulang kembali kerumahnya. Sewaktu pulang ini mempelai wanita diberi hadiah beberapa lembar kain dan sebentuk cincin. Pada malam-malam selanjutnya barulah kedua suami isteri ini mengunjungi famili-famili dari sebelah mempelai pria maupun dari pihak mempelai wanita untuk memperkenalkan diri. Biasanya famili-famili yang dikunjungi memberikan pula hadiah-hadiah kepada suami isteri yang baru ini. Tentu saja sebelum mereka mengunjungi tersebut yang akan dikunjungi telah diberi kabar terlebih dahulu.Â
Demikianlah sekilas lintas mengenai pernikahan di Mentok pada zaman sebelum perang dunia ke dua.
TAMAT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H