.
Ini belum sebegitu lama; baru kemarin aku
menyaksikan citraanmu dalam satu cermin kebaruan,
meski cermin baru pun dibangun berdasar cermin lama;
tahun demi tahun aku pun menambahnya satu demi satu,
pun tahun-tahun mengikis cerlang keperakan
dari kaca-kaca yang seiring menua.
Kita adalah dua hal yang sama; namun cermin-cermin
saling bertumbuk: di antara kegoyahan, aku melihat
punggung yang tengah beranjak pergi.
Ini syahadat tengah menjemput titik leburnya: dalam
kebaruan-kebaruan, aku menemukan kamar-kamar nostalgia.
.
.
Kalibeber, 19062014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H