sepatah katamu pun yang terucap
Â
sebab sambalku tak beraksara tapi bermakna
untuk makan siangmu yang mungkin selaluÂ
tertunda dan sia-sia //
Juga penyair-penyair Osratus, Rahmat Basuni, Riswo Mulyadi, Sami’an Adib, Sapin, Senandung Pusara/Eka Rs, Shonhaji Muhammad, Sokanindya Pratiwi Wening , Supi El-Bala, Syahriannur Khaidir, Syarif hidayatullah, Thomas Haryanto Soekiran, Tosa Poetra, Wadhie Maharief, Wardjito Soeharso, Winar Ramelan.
Aklhirnya sampai pada penghujung puisi yang ditutup dengan puisi
 tentang "Puting Ibu" karya Zaeni Boli
//Apa yang lebih sutra
 Tubuh tubuh telanjang
 Atau berita di Televisi
 Warna koran warna warni
 Puting Ibu digigit bocah
 Yang tak pernah bisa mengeja Indonesia Raya//.
Tentu saja penulis tidak dapat mengulas  dan menyoroti puisi-puisi di antologi ini satu-per satu, pendek kata warna-warni puisi yang diketengahkan dalam antologi ini sungguh memberi kesan tersendiri bahwa Lumbung Puisi adalah lumbungnya puisi penyair Indonesia.
(*Rg Bagus Warsono, penyair dan kurator sastra tinggal di Indramayu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H