Mohon tunggu...
Rg Bagus Warsono
Rg Bagus Warsono Mohon Tunggu... Editor - Sastrawan

Rg.(Ronggo) Bagus Warsono lebih dikenal dengan Agus Warsono, SPd.MSi,dikenal sebagai sastrawan dan pelukis Indonesia. Lahir Tegal 29 Agustus 1965.Tinggal di Indramayu.Mengunjungi SDN Sindang II, SMP III Indramayu, SPGN Indramayu, (S1) STIA Jakarta , (S2) STIA Jakata. Tulisannya tersebar di berbagai media regional dan nasional. Redaktur Ayokesekolah.com.Pengalaman penulisan pernah menjadi wartawan Mingguan Pelajar, Gentra Pramuka, Rakyat Post, dan koresponden di beberapa media pendidikan nasional. Mendirikan Himpunan Masyarakat Gemar Membaca (HMGM) Indonesia. Tinggal di Indramayu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Warna-warni Puisi di Lumbung Puisi Jilid V

12 April 2017   14:44 Diperbarui: 12 April 2017   14:49 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aneka warna puisi kita kali ini sungguh membuat geli dari yang malu-malu sampai transparan blak-blakan, adajuga yang dibungkus rapih tapi ada yang dibungkus tetapi tetap 'merangsang dibaca, kita simak puisi berjudul Onani ini Karya : Aang AK berjudul Onani:
//Setetes damai
Gagal meringkuk diam
Di pojok ruang
Mencabik-cabik diri sendiri
Mencari-cari pintu di mana//
Sajak pendek yang tentu penuh arti ini membuat tersenyum kita semua.

Puisi juga merupakan ungkapan pengalaman kehidupan diri dan bathin diri penulisnya, apalagi puisi bertema sex. Tak akan dapat memberi jelas kalau tidak merasakannya dengan paca indera yakni melihat klejadiannya atau merasakan bagaimana, seperti apa sex itu. Hal ini merupakan tantangan yang sangat sulit bagi mereka yang masih belum merasakan (belum menikah) atau bagi sebagian orang yang memiliki pandangan bahwa sex adalah sesuatu yang sangat tabu untuk diungkapkan.
 Mari kita simak beberpa puisi karya penyair kita di Lumbung Puisi jiliod V ini:

//.......................... Di laut tak bernama kita menjelma buih dan bara bergantian
 Berenang ke segala warna
 Harum nafas dari lubang hidung mengusir pengap dada
 pengembara yang lincah lirih menari di lingkar puting
 Di perbukitan, tebing dan lembah juga di gua yang bersembunyi
 Dalam rimbun pepohonan
 Di laut tak bernama
 Kita menjelma sepasang sayap
 Terbang ke setiap ruang bergetar dalam rimbun nikmat
 Gua garbha telah menemukan penghuninya
 Aroma narwastu telah menuntun kita
 Ke arah cahaya yang paling terang// .

Bagi Seorang gadis Ni Made Rai Sri Antini , sex adalah sesuatu yang pasti akan ditemuinya bagi perempuan normal.

   Terlepas dari kandungan sastra dalam puisi dalam puisi modern justru ide mengetengahkan sesuatu yang unik menjadi trend para penyair modern. Pilihan kata mereka tak diabaikan tetapi penangkapan ide isi puisi sungguh sesuatu yang sangat mendominasi karya-karya puisi modern dewasa ini. Dalam Lumbung puisi jilid V yang bertema sex , ide-ide judul puisi muncul warna-warni sehingga merupakan suguhan antologi yang sangat enak dibaca. Penyair Nur Komar menulis terang-terangan lewat Perkasaku . Sebuah puisi pendek yang cukup manis :
//Burungku cuma satu
 sejak Ibu mengandungku
 Bukti keperkasaan
 jangan sepelekan
 Coba lihatlah sambil telanjang
 buat pikiranmu sedikit panjang
 Bulunya lebat dan indah
 lima daya punya gairah
 Ya, burungku tegak berdiri
 kujaga biar tidak dikebiri
 Oh, tempelkan sayang di gunduk dadamu
 rasakan hangatnya merasuk dalam jiwamu//

   Mari kita simak penggalan puisi karya Novia Rika berjudul "Cinta yang Terbagi di Ranjang" : //........................./ayah mencari-cari celah
 sisa kehangatan di dada ibu
 yang telah terjamah dan terbagi-bagi
 malam ini purnama mekar sempurna
 dan keringat di leher ibu bagai kalung mutiara
 menetes di dada ayah yang merindu
 ibu jadi kekasihnya lagi
 dan ia berbisik,
 "tunjukkan cintamu sayang"//

Kebahagiaan wanita adalah ketika melahirkan anak-anaknya, Kasih sayang itu membuatnya lupa bagaimana harus membagi cinta dengan sang suami. Bahkan harus membagi manakala sang suami mencari celah celah cinta itu. Novia Rika mencoba menceritakan ini dalam puisinya.

Lagi sebuah puisi sex yang dikemas apik oleh Marthen Luther Reasoa dari Ambon berjudul “Perawan Bercinta”. Sedikit seperti kebanyakan puisi lain tetapi setelah membaca kita akan mengetahui maksudnya bahwa ini adalah sebuah pendidikan sekaligus peringatan bahwa bagi yang pertama mengalami.
//...................../Lalu kutelan ludah pelan-pelan
 Nikmat ini masih terasa
 Sebab ciuman hanya menyisahkan bekas yang panas ketika senja terlentang
 dan membiarkan dirinya kutiduri

kita berlayar, melepas temali sadar
 jauh dari dermaga yang gila
 kepada keindahan getar
 di antara pusar-pusar yang asyik melingkar

di atas gelombang kita masih bimbang
 memikir perasaan yang hilang
 barangkali itu tentang kecemasan
 yang telah kita tambatkan//

sebuah potret penyesalan telah diketengahkan oleh Marthen Luther Reasoa, seorang penyair pandai mengungkap dan menjadi apa saja.

Membaca antologi ini semakin hangat rasanya, sehangat puisi-puisi penyair-penyair kita yang tentu berjiwa hangat pula. Banyak puisi perlu disorot dalam antologi ini, tetapi apresiasi pembaca lebih penting bagi seorang penyair. Dalam antologi ini suguhan sederet penyair akan memberi rasa sejati tentang sex.

Antologi ini semakin cantik dan hangat dengan kehadiran penyair-penyair dari berbagai penjuru nusantara seperti : Abu Ma’mur MF, Ade Sri Hayati, Andi Surya, Agung Wig Patidusa, Agus Sighro Budiono, Agustav Triono, Af Dhal, Heran, Anggoro Suprapto, Artvelo Sugiarto,  Arya Setra,  Asep Dani, Bayu Aji Anwari, Dasuki Kosim, Djemi Tomuka,  Eddy Pramduane, Eko Saputra Poceratu, Eri Syofratmin, Gampang Prawoto, Harmany, Hasan Maulana A. G,  karya-karya mereka tidak saja enak dibaca tetapi juga sangat mempesona.

Sajian puisi-puisi bertema sex mengangkat aneka peristiwa, tidak saja fenomena yang sering dijumpai tetapi juga memberi pengetahuan pada pembaca bahwa sex memerlukan pendidikan yang sangat penting dan bukan sesuatu yang tabu. Mari kita lihat puisi karya Slamet Unggul berjudul “Engkoulah Wanita Simpananku”

//..............Dalam menuju puncak hasrat kepuasan

Saling berbagi kenikmatan

Menggapai mimpi tidak tertidur

Menuju bulan

Bersama mengarungi samudra cinta berbuah dusta

Antara kita

Di sana

Engkau tetap wanita simpananku

Yang tersayang//.

Selanjutnya penyair penyair Mohamad Amrin/Amrin Moha, Mohamad Iskandar, Muhammad   Daffa, Muakrim M Noer, Munadi Oke, Najibul Mahbub, memberi warna lain yang menambah hangatnya antologi ini.

Seperi yang lain,’ Permainan Lidah oleh Salimi Ahmad memiliki arti yang luas berikut petikannya

//Permainan lidahmu sudah seperti belitan ular sanca. Menari-nari di antara rongga mulut. Mengacaukan pikiranku. Laksana telah membawaku ikut berlari. Dan aku merasa lelah, menerobos tempat yang tak pernah kukenali. Tak pernah kusinggahi. Tapi kutahu betul, apa arti perayaan, yang berakhir di tengah malam./Kau lumat pikiranku dengan lidah dan mulutmu./Sekujur tubuhku kau siram dengan wewangian yang kau pungut entah dari buku apa, siapa penulisnya. Kau kutip wejangan bijak, seraya sambil berbisik mesra dengan satu desahan yang teramat muskil untuk kutolak. Tapi ketika kau sebut namanya, tak pernah kukenali dia pernah hidup di mana./.........//.

Di lain puisi Nunung Noor El Niel menggambarkan bagaimana keistimewaan perempuan dengan keahliannya membuat ‘sambel. Begini petikannya:

//............./dengan sambal buatanku, lidahmu 

akan terlipat-lipat oleh hasrat 

untuk mencicipi setiap ulekan sambalku

mungkin kau akan terpejam atau terbeliak

menahan setiap kepedasan 

pada rongga mulutmu hingga tak ada

sepatah katamu pun yang terucap

 

sebab sambalku tak beraksara tapi bermakna

untuk makan siangmu yang mungkin selalu 

tertunda dan sia-sia //

Juga penyair-penyair Osratus, Rahmat Basuni, Riswo Mulyadi, Sami’an Adib, Sapin, Senandung Pusara/Eka Rs, Shonhaji Muhammad, Sokanindya Pratiwi Wening , Supi El-Bala, Syahriannur Khaidir, Syarif hidayatullah, Thomas Haryanto Soekiran, Tosa Poetra, Wadhie Maharief, Wardjito Soeharso, Winar Ramelan.

Aklhirnya sampai pada penghujung puisi yang ditutup dengan puisi
 tentang "Puting Ibu" karya Zaeni Boli
//Apa yang lebih sutra
 Tubuh tubuh telanjang
 Atau berita di Televisi
 Warna koran warna warni
 Puting Ibu digigit bocah
 Yang tak pernah bisa mengeja Indonesia Raya//.

Tentu saja penulis tidak dapat mengulas  dan menyoroti puisi-puisi di antologi ini satu-per satu, pendek kata warna-warni puisi yang diketengahkan dalam antologi ini sungguh memberi kesan tersendiri bahwa Lumbung Puisi adalah lumbungnya puisi penyair Indonesia.

(*Rg Bagus Warsono, penyair dan kurator sastra tinggal di Indramayu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun