Â
6. Penulis itu Tukang Martabak
Satu adonan saja diwolak walik. Dalam berbagai puisi penyair menulis : sepi itu sunyi, sepi itu sendiri, sepi itu senyap, sepi itu gelap, sepi itu menggerigisi, sepi itu syetan, sepi itu melayang dsb.
7. Penyair itu Tukang Potret Keliling.
Melihat gadis desa montok dibuat puisi, melihat nenek-nenek dibuat puisi melihat gedung tua tak berpenghuni dibuat puisi, melihat gubuk kecil dibuat puisi, melihat gunung dibuat puisi, melihat batu dibuat puisi, Melihat burung dibuat puisi, melihat macan dibuat puisi, melihat koruptor dibuat puisi,melihat guru dibuat puisi,Melihat Jembatan dibuat puisi, Terakhir melihat duit dibuat puisi juga.
8. Penyair itu Penggembala ( 'Cah Angon )
Cari daun pakan untuk kambingnya, cari rumput hijau juga untuk kambingnya, cari lapangan untuk kambingnya , lembah hijau untuk kambingnya, Seperti puisi untuk dibaca orang lain.
9. Penyair itu Profesor.
Jadi tidak usah kuliah lagi, mereka tahu segalanya. Ga pernah ke kutub juga tahu kutub selatan dan dibuat puisi, Ga pernah melihat menara Efiel juga bisa dibuat puisi, Ga pernah ke padang pasir bisa buat puisi tentang panasnya gurun. Apalagi masih Indonesia , Ga pernah ke DPR juga dibuat puisi tentang DPR gampang.
10. Penyair itu Komponis
Mungkin Anda pernah baca Wiro Sableng pedekar 212 oleh Bastian Tito, atau Asmara Berdarah oleh Kho Ping Hoo, atau Api Dibukit Menoreh oleh SH Mitardja. Pembaca saat itu tak perlu tahu wajah pengarangnya karena memang pada saat itu tampang tak perlu. Tetapi karya karya itu betul-betul melekat dengan namanya. Seperti komponis mencipta lagu, kadang tak terpikirkan seperti apa wajah C Prawit, C Simanjuntak, Sudarnoto, H. Mutahar, Daljono, L Malik dll padahal ia pencinta lagu nasional yang setiap hari Senin upacara atau hari besar nasional dinyanyikan.Jadi yang melekat dengan karya itu bukan orangnya tapi namanya.