Acara ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah tetap teguh pada komitmennya untuk membangun harmoni antarumat beragama, dengan menciptakan ruang untuk saling menghormati dan bekerja bersama demi kemajuan bersama.
***
Sebagai organisasi yang mendukung inklusivitas dan toleransi, Muhammadiyah memiliki peran besar dalam membangun harmoni antarumat beragama, khususnya di NTT, yang memiliki keberagaman agama yang sangat kental.
Dalam konteks ini, kami menggali pandangan beberapa tokoh agama nonmuslim di NTT tentang bagaimana Muhammadiyah menjalankan peranannya di tengah masyarakat yang mayoritas nonmuslim.
Pdt. Yulianus Sani, seorang pendeta Kristen di Kupang, mengungkapkan rasa apresiasinya terhadap kiprah Muhammadiyah dalam menciptakan harmoni antarumat beragama.
"Kami sangat menghargai bagaimana Muhammadiyah, melalui UM Kupang, membuka kesempatan pendidikan bagi semua orang tanpa memandang agama. Ini adalah contoh nyata dari sikap inklusif yang kami harapkan ada di masyarakat kita. Di Kupang, kami bisa berdampingan dengan saudara-saudara Muslim dalam berbagai kegiatan, baik pendidikan maupun sosial," ujarnya.
Yulianus menambahkan bahwa keberadaan Muhammadiyah, yang selalu mengedepankan nilai-nilai toleransi, memudahkan hubungan antaragama di NTT.
"Apa yang dilakukan Muhammadiyah sangat baik. Ketika mereka mendirikan universitas yang menerima semua orang, itu bukan hanya soal pendidikan. Itu adalah bentuk dari niat mereka untuk menjalin kedamaian antarumat beragama di NTT."
Sementara itu, Romo Bernardus S. P., seorang pastor Katolik di NTT, memberikan pandangannya tentang kontribusi Muhammadiyah dalam kehidupan sosial di wilayah tersebut.
"Sebagai umat Katolik, kami merasa bahwa Muhammadiyah sudah melakukan banyak hal positif dalam masyarakat kami, termasuk dalam program-program sosial dan pendidikan. UM Kupang, misalnya, banyak membantu anak-anak muda di sini untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Mereka tidak membedakan siapa pun berdasarkan agama, dan ini adalah contoh yang luar biasa bagi kami," kata Bernardus.