Di tengah keberagaman ini, Muhammadiyah memainkan peran penting dalam memperkenalkan dakwah Islam yang inklusif dan penuh kasih sayang.
Dengan mendirikan UM Kupang, Muhammadiyah membuka akses pendidikan untuk semua lapisan masyarakat tanpa memandang agama, menciptakan ruang untuk keberagaman yang harmonis.
Laporan terbaru menunjukkan bahwa sekitar 80 persen mahasiswa UM Kupang berasal dari latar belakang nonmuslim, mayoritas beragama Kristen, baik Katolik maupun Protestan.
Keberagaman ini menjadi bukti nyata dari komitmen Muhammadiyah dalam menjaga dan merawat toleransi antarumat beragama, serta peranannya dalam pembangunan bangsa.
Rektor UM Kupang, Prof. Zainur Wula, menekankan bahwa kampusnya aktif melakukan dakwah Islam dengan pendekatan berbasis kearifan lokal.
"Dakwah di Kupang, yang mayoritas nonmuslim, dilakukan dengan cara yang ramah, dengan menunjukkan wajah Islam yang penuh kasih melalui kegiatan pendidikan, pengembangan ekonomi, dan penguatan interaksi sosial yang harmonis," katanya.
Pendekatan ini bukan hanya berhasil di lingkungan kampus, tetapi juga menjadikan UM Kupang sebagai model nyata dari nilai inklusivitas Muhammadiyah di daerah dengan komposisi Muslim yang minoritas seperti NTT.
"Sekitar 70 persen mahasiswa UM Kupang berasal dari latar belakang nonmuslim. UMK menjadi contoh hidup dari inklusivitas yang dijunjung tinggi oleh Muhammadiyah," ujar Zainur.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) NTT, Mukhsin Masri, memberikan pandangannya mengenai Tanwir yang dilaksanakan di Kupang.
"Tanwir ini adalah titik awal dari transformasi dakwah di NTT. Kami percaya, penguatan kader Muhammadiyah yang ada di sini sangat penting untuk mendukung dakwah yang lebih luas di daerah ini," ujarnya.
Tanwir Muhammadiyah yang digelar di UM Kupang tidak hanya menjadi momen peringatan Milad ke-112 Muhammadiyah, tetapi juga merupakan langkah strategis dalam memperkuat dakwah di NTT.