Saya baru bisa menurunkan tulisan ini, hari ini, tentang kiprah Muhammadiyah di Nusa Tenggara Timur (NTT). Kebetulan, saya menghadiri acara Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah yang berlangsung di Kampus Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK), pada 3-6 Desember 2024 lalu. Banyak kesan dan pengalaman yang saya dapatkan. Berikut laporannya:
LAGU "Sang Surya" mengalun merdu, memenuhi setiap sudut ruang auditorium Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK) pada sore yang penuh makna itu. Paduan suara mahasiswa UM Kupang, yang mayoritas beragama nonmuslim, membawakan lagu dengan penuh perasaan dan khidmat.
Setiap bait yang mereka nyanyikan membangkitkan perasaan bangga dan harapan, menyentuh hati setiap pendengar yang hadir. Meskipun mayoritas mahasiswa UMK bukan Muslim, lagu ini menggambarkan persatuan dan semangat untuk terus maju bersama dalam mencapai cita-cita bersama.
Lirik lagu tersebut mencerminkan semangat perjuangan Muhammadiyah dalam menegakkan nilai-nilai Islam di tengah keberagaman, menggambarkan harapan agar umat manusia, seperti matahari yang bersinar terang, dapat memberikan cahaya kehidupan bagi sesama.
Bait-bait yang menggetarkan itu menyiratkan tekad Muhammadiyah untuk terus bergerak maju dalam menebar kebaikan, di bawah naungan prinsip-prinsip Islam yang universal.
Momen itu berlangsung pada hari Jumat, 6 Desember 2024, yang bertepatan dengan penutupan kegiatan Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah, di UM Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tanwir Muhammadiyah kali ini menjadi sorotan dengan kehadiran Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, bersama puluhan menteri dan pejabat tinggi lainnya, yang turut meramaikan acara ini.
***
Pemilihan UM Kupang sebagai tuan rumah Tanwir bukan tanpa alasan. Wilayah Nusa Tenggara Timur memiliki latar belakang yang unik, dengan mayoritas penduduk beragama nonmuslim.