***
Saya dan juga sekian banyak orang tentu akan sangat menyayangkan jika Kya-Kya Kembang Jepun sampai tutup. Karena hal itu bakal meniadakan ikon wisata yang kerap jadi jujugan wisatawan domestik maupun mancanegara.
Selain itu, kalau sampai Kya-Kya Kembang Jepun ditutup, berarti Pemerintah Kota Surabaya bakal mengulang kegagalan yang sama. Karena sebelumnya, Kya-Kya Kembang Jepun pernah dibuka pada tahun 2003, namun juga tidak bertahan lama. Â Â
Sementara, hingga sekarang, Kya-Kya Kembang Jepun belum menunjukkan tanda-tanda perkembangan positif. Bisa dibilang masih jauh dari harapan.
Saya sempat berdiskusi dengan Freddy H. Istanto. ketua Surabaya Heritage Society. Laki-laki yang juga memiliki profesi sebagai dosen arsitek dan sosial enterpreneur di salah satu universitas swasta ternama di Surabaya.
Freddy menuturkan, sejak awal dia memang sangat khawatir dengan keberlangsungan Kya-Kya Kembang Jepun. Kata dia, ada dua hal penting yang menjadi penyebab kenapa Kya-Kya Kembang Jepun sulit berkembang.
Pertama, tidak ada yang unik di Kya-Kya Kembang Jepun. Penataan foodcout yang dilakukan di Kya-Kya Kembang Jepun itu terbilang biasa. Model seperti itu banyak sudah banyak sekali.
"Yang namanya foodcourt, ya kuliner taruhannya. Kalau ada kuliner enak, jauh pun pasti akan dicari. Wong yang enak saja sekarang tinggal WA. Kenapa harus jauh ke Kya-Kya? Kuliner yang ada di Kya-Kya semua ada di bagian mana pun di Surabaya," sebut Freddy.
Kedua, secara jarak, Jalan Kembang Jepun itu jauh dari pusat-pusat pemukiman. Kalau Pemerintah Kota Surabaya mendirikan Kya-Kya Kembang Jepun karena berkaca pada kesuksesan Tunjungan, itu salah besar. Kenapa? Karena, kawasan utara itu bukan lagi jadi traffic utama. Aktivitas di sana itu kukut (tutup) setelah pukul 17.00.
"Tunjungan itu masih akses utama kota. Tunjungan punya modal besar, lingkungan kolonialnya kuat. Ambience-nya kena," kata Freddy.