Tidak ada tempat duduk di food court. Kursi sudah full ditempati para cosplayer. Saya terpaksa duduk seadanya. Di batas bangunan tanaman yang disemen.
Para cosplayer bercengkerama. Mereka bertemu kawan lama, namun juga ada yang baru kenal dan bertatap muka setelah berkenalan di medsos. Saking ramainya, makanan dan minuman di food court pun laris manis.
Para pelaku UMKM, yang sebagian saya kenal, mengaku surpise. Mereka mengaku penjualannya meroket drastis. Sejak siang, stannya sudah diserbu pembeli.
Para pelaku UMKM sendiri tidak tahu apa dan bagaimana acara pesta cosplay. Yang baru dia sadari jika makanan sudah habis dan sudah beberapa kali membeli es batu kristal. Juga uang-uang kertas yang terlihat makin penuh di dompet.
Matahari mulai beringsut ke barat. Sesaat, kumandang adzan magrib terdengar dari suara muadzin Masjid As Sakinah di kompleks Balai Pemuda.
Masjid yang telah direnovasi sejak saat Tri Rismaharini masih menjabat wali kota, 2019 itu juga dipadati para cosplayer. Dengan wajah-wajah yang basah usai berwudlu.
Pesta cosplay, bagi saya, adalah fenomena yang tak akan berlalu pada akhirnya. Seperti halnya semasih muda dulu saya juga ikut kegilaan dari fenomena demam breakdance. Memang tidak hilang, tapi tidak hits lagi.
Cosplay juga hampir sama. Dia digandrungi anak-anak muda masa kini. Bisa disebut budaya pop (pop culture). Yang disukai dan diimitasi banyak orang. Kecenderungannya tidak berkualitas tapi punya kekuatan masif dalam mempengaruhi masyarakat sehingga menjadi tren.
Budaya pop ini, sepanjang yang saya ikuti, punya kelemahan. Lantaran umumnya dibuat secara massal, biasanya hal-hal dalam budaya pop cendurung tidak berkualitas. Juga berkecenderungan seragam. Tidak punya akar yang kuat. Sehingga bakal mudah tergantikan oleh hal-hal baru yang terus bermunculan.
Karena tidak kelewat yakin bakal bertahan lama. Momen ini saya anggap sebagai hiburan di tengah kepenatan. Sekaligus melihat kegembiraan anak-anak manusia dengan aneka kostum para idolanya. Kegembiraan sekelebat, seperti halnya watak kesenangan duniawi. (agus wahyudi) Â Â