Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kya-Kya Reborn, Akahkah Layu Seperti yang Dulu?

11 September 2022   22:53 Diperbarui: 13 September 2022   10:18 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lautan manusia hadir di Launching Kya-Kya Reborn. foto: diskominfo surabaya 

Ada beberapa catatan yang pantas dicermati terkait dengan keberadaan tempat yang diklaim  menjadi ikon wisata baru tersebut. Pertama, pengelolaan Kya-Kya Reborn sekarang diserahkan tiga organisasi perangkat daerah (OPO). Yaitu, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman serta Pertanahan (DPRKPP) dan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) untuk mengerjakan infrastruktur dan dekorasi. Sedangkan untuk pengelola dilakukan Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar).

Saya sejatinya agak pesimistis jika pengelolaan diserahkan OPD. Bukan hanya masalah teknis di lapangan, tapi juga pada mentalitas dan watak birokrasi. Beberapa yang bisa dicontohkan adalah Wisata Kalimas. Wahana rekreasi yang dilaunching pada Mei 2022 lalu. Hingga sekarang tak banyak inovasi dan kreativitas yang dilakukan. Model dan polanya begitu-begitu saja.

Lagian, apakah efektif OPD yang memegang kebijakan sekaligus menjadi operator di lapangan?

Saya lebih sepakat jika Pemkot Surabaya membentuk semacam badan pengelolaan kawasan. Libatkan profesional, akademisi, pegiat sejarah, dan mereka yang concern dengan pembangunan Surabaya Kota Lama.

Kedua, urusan infrastruktur di Kya-Kya Reborn masih menjadi masalah. Pasalnya,  pengelola dan mereka yang beraktivitas di Kya-Kya Reborn bakal kesulitan jika hujan turun. Cuaca yang tak bersahabat efeknya sangat besar terhadap kehadiran pengunjung.

Seperti halnya ketika Kya-Kya Kembang Jepun dulu. Ketika hujan tiba, pengunjung pasti sepi. Para pedagang sambat omzetnya turun drastis. Buntutnya, mereka pun tak melanjutkan, dan Kya-Kya Kembang Jepun menjadi mati suri.

Sama halnya dengan sekarang: Kya-Kya Reborn. Saya menanyakan kepada pedagang, bagaimana jika hujan turun? Menurut pedagang, dalam technical meeting mereka disarankan merapat di emperan toko-toko yang tutup.

Lalu, bagaimana dengan soal pengunjung? "Ya, itu yang saya pikirkan. Ini jelas mengurangi pengunjung yang datang," sebut salah seorang pedagang.

Menabuh tamborin menandai launching. foto: diskominfo surabaya 
Menabuh tamborin menandai launching. foto: diskominfo surabaya 

Ketiga, Wali Kota Wali Kota Eri Cahyadi menyebut konsep Kya-Kya Reborn berbeda dengan Kya-Kya lama. Kalau dulu cuma jadi tempat kuliner dan berkumpul, Kya-Kya Reborn akan menyuguhkan pertunjukan yang menghibur.

Yang musti diingat, era Kya-Kya Kembang Jepun dulu, banyak pertunjukan berkelas digelar. Bahkan diberitakan dengan porsi besar di Jawa Pos yang saat itu menjadi market leader di Jawa Timur.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun