Banyak bangunan tua bersejarah di Jakarta, setelah direvitalisasi, menggoda banyak orang untuk datang. Di antaranya, Museum Fatahillah, Museum Bank Indonesia, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, Toko Merah, serta Pelabuhan Sunda Kelapa.
Begitu pun dengan Semarang yang sukses menghidupkan kawasan kota lamanya. Di sana banyak spot yang jadi magnet wisatawan. Ada bangunan warisan kolonial, pasar, taman, museum, galeri seni, dan masih banyak lagi.
Saban hari, Kota Lama Semarang tak pernah sepi pengunjung. Atraksi tari, seni, musik kerap digelar di saya. Yang saya ingat, Toto Tewel dan Jelly Tobing sempat mengisi acara konser musik rock di Kota Lama Semarang. Mereka menyanyikan lagu-lagu classic rock yang menggugah kenangan.Â
Nanang Purwono, pegiat sejarah Begandring Soerabaia, menilai banyak tempat bersejarah di kota lama yang belum didayagunakan. Semisal plaza di Taman Sejarah.
Melihat fasilitas di Taman Sejarah ini, jelas dia, sebetulnya taman ini sudah dirancang sebagai panggung pertunjukan terbuka. Namun, sejak selesai dibangun hampir 10 tahun lalu, hingga sekarang belum pernah dimanfaatkan dengan semestinya.
"Taman ini sesungguhnya mirip dengan Taman Fatahilah di Kota Tua Jakarta dan Taman Srigunting di Kota Lama Semarang," sebutnya.
Menurut Nanang, Taman Sejarah di Surabaya dulunya adalah area Taman Kota di dalam tembok kota di era VOC. Namanya Willemsplein, Taman Raja Willem. Taman atau alun-alun kota kala itu, merupakan kelengkapan kota. Di sana pernah ada balai kota  dan gereja.
"Di tempat itulah publik berkumpul dan beraktivitas. Apalagi dalam perkembangannya, di lokasi ini muncul halte trem, dermaga sungai, terminal bus (Terminal Jembatan Merah)," tandas Nanang.
***
Sebagai warga, saya selalu antusias memotret dan mengamati perkembangan Kota Surabaya. Termasuk dengan diresmikannya Kya-Kya Reborn.