Selama ini, subsidi yang diterima klub hanya beberapa persen dari total pengeluaran. Dengan pertandingan tanpa penonton tentu akan sangat mempengaruhi kondisi keuangan klub. Sponsor juga berpikir ulang mau mengeluarkan dananya.
Jika subsidi dinaikkan, minimal 100 persen dari sebelumnya, tentu itu agak menolong klub. Sehingga stakeholder bisa menjalankan kompetisi dengan baik dan klub bisa hidup sehat.
Ketiga, mayoritas artis yang membeli atau menanam saham di klub sepak bola adalah mereka yang serius menekuni dunia digital. Raffi Ahmad punya imperium bisnis digital yang menghasilkan pundi-pundi pendapatan yang menggiurkan.
Saat ngobrol dengan Helmy Yahya, Raffi mengaku mampu mengumpulkan sedikitnya Rp 5 miliar per bulan dari adsense saja. Jika ditambah dengan endorse, sebulan dia bisa meraup kisaran Rp 13 miliar lebih.
Raffi dan Atta agaknya sadar jika dia harus memperluas pasar. Memperkuat brand awarness. Dan ceruk paling menjanjikan tentu ada di sepak bola. Yang punya suporter dan segmen pemirsa paling besar dibandingkan cabang olahraga lain.
Anda bisa lihat, mulai rekrutmen pemain sampai uji coba Rans Cilegon FC, sering dibanjiri artis dan selebritis.Â
Ketika kehadiran mereka dikontenkan, viewers-nya pun meroket. Mereka tak butuh waktu lama untuk menggaet jutaan followers.Â
Itu sebabnya, saya tidak yakin kehadiran para artis yang mengakuisisi klub sepak bola itu dianggap hanya sebagai tren sesaat. Seperti tren artis buka usaha kuliner.Â
Fenomena ini bakal terus membesar seperti halnya para artis yang ramai-ramai jadi Youtuber.
Jangan lupa, bisnis bola bisa besar jika setidaknya memiliki komponen ini, yakni fans equity dan social equity.Â
Fans equity adalah kemauan dan kemampuan suporter dalam membeli tiket, merchandise atau hal-hal lain yang berkaitan dengan klub.