Dua surat yang saya baca pada Salat Id tersebut sama dengan yang saya pada pada Salat Id tahun lalu.
***
Usai salat, saya beserta istri dan kedua anak lelaki sungkem. Tradisi yang kami lakukan setiap Lebaran. Saya bangga dan haru melihat semua keluarga sehat walafiat. Masih bisa menikmati Lebaran di tengah masa pandemi yang tak kunjung berakhir.
Saking bahagianya, saya mencium kepala dan kedua pipi mereka. Hal serupa dirasakan istri saya. Matanya berair manakala kedua anaknya memohon maaf atas segala kesalahan yang diperbuat, baik sengaja maupun tidak.
Kebahagiaan juga saya rasakan saat membaca postingan Lebaran di media sosial (medsos). Bermaaf-maafan. Saling bersilaturrahim. Menyapa kawan seiring dalam kerinduan.
Foto-foto keluarga bertebaran dengan lambaian salam dan coretan ketulusan. Teaser, meme, vlog dengan pesan damai dan menyejukkan di hari nan fitri. Berharap ampunan atas semua kealpaan dan kekhilafan.
Pemandangan ini memang jauh dari sebelumnya. Apalagi di tahun politik. Banjir meme caci maki, olok-olok, menyebar kebencian, tuding-menuding, bahkan fitnah. Medsos jadi penuh warna murka.
Bahkan yang memprihatinkan, beda persepsi juga berbuah benci. Sudah tak terhitung lagi berapa banyak kawan bertikai hebat gara-gara berbeda pendapat. Diskusi akademik berujung panas dengan saling 'menguliti' pribadi dan klaim dogma.
Di hari yang fitri, saya jadi teringat pesan yang dilontarkan kaum sufi: "Bahwa persaudaraan bukanlah sesuatu yang dipaksakan. Persaudaraan adalah sesuatu yang harus Anda lahirkan. Anda tidak dapat memetik kecintaan bila menanam kebencian. Anda tidak akan memperoleh saudara bila bertindak sebagai musuh. Anda tidak akan memanen ketulusan dari orang lain bila memelihara kemunafikan."
Sudah selayaknya Lebaran jadi ajang introspeksi diri. Menginsyafi segala hal yang pernah kota lakukan. Tetaplah mawas diri dalam bertutur, bertindak, dan berperilaku.
Kuburlah dalam-dalam syak wasangka. Jauhkanlah kebencian dengan merajut silaturrahim. Meski berat, berila maaaf kepada semua orang yang pernah menyakiti dan menzalimi kita.