Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mercon Bumbung, Kopling, dan Keusilan Saat Ramadan

19 April 2021   19:12 Diperbarui: 21 April 2021   06:26 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: foxnews

Yang banyak dipahami orang, mercon bumbung itu permainan berjenis petasan. Menggunakan bambu sebagai alat utamanya. Agar suara ledakan menggelegar, bambu dilubangi terlebih dahulu di ujung pangkalnya. Kemudian dituangi minyak tanah secukupnya sebagai bahan bakar.

Setelah dirasa cukup, lubang kecil yang ada di ujung pangkal bambu disulut api. Udara panas hasil dari minyak tanah yang memuai di dalam bambu kemudian menghasilkan letupan keras.

Yang kami buat agak sedikit berbeda. Kami membuat gundukan. Dibuat dari pasir yang disemen. Berdiameter sekitar 1 m x 500 cm. Di depan gundukan diberi lubang. Di atasnya diberi lubang kecil. Kami membuat penutup lubang dari sumpalan kain yang dililit tali. Panjangnya kira-kira 3 meter.

Sebelum meledakkan mercon bumbung itu, kami memasang karbit untuk bahan bakar. Saya tak ingat berapa komposisi karbit dan bahan-bahan lain. Yang jago meracik saat itu namanya Pikukuh Budi, salah seorang teman saya. Sekolahnya biasanya-biasa saja, tapi akale akeh (akalnya banyak).

Setelah bahan bakar dimasukkan, kemudian disumpal dengan kain yang dililit tali. Beberapa saat kemudian, lubang kecil di atas gundukan disulut api. Seperti menyalakan meriam, anak-anak meledakkan mercon bumbung itu, blarrr....

Biasanya kami menyalakan mencon bumbung tersebut pada dini hari.  Sekira 1,5 jam sebelum adzan Subuh. Kadang jelang berbuka puasa, kami juga menyalakan mercon bumbung.

Tidak semua orang suka dan permisif dengan aksi kami. Tak sedikit warga yang terganggu, lalu mengadu ke pengurus RT. Suatu ketika, saya tak bisa ngempet tawa saat diberitahu ada warga yang saking kagetnya mendengar ledakan mencon bumbung, kepalanya terbentur bentur atap kamar kecil. Bahkan mood buang hajatnya mandek di tengah jalan.

Lantaran dianggap bikin gerah dan menganggu warga, kami pun dilarang menyalakan lagi mencon bumbung tersebut. Larangan itu belum membuat kami berhenti. Mencon bumbung masih kami nyalakan dengan sembunyi-sembunyi.  Hanya intensitasnya lebih sedikit. Biasanya bisa 5-6 kali, kali ini hanya 1-2 kali. Setelah menyalakan mencon bumbung, kami lari berhamburan "menyelamatkan diri". Takut diomeli warga.

Tak perlu menunggu waktu lama, pengurus RT bertindak. Kali ini, bukan hanya melarang, mercon bumbung yang kami buat dibongkar habis. Kami hanya senyum-senyum kecut melihatnya.

***

Ilustrasi foto: foxnews
Ilustrasi foto: foxnews

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun