Ketiga, kantong kewajiban rutin. Ada beberapa kebutuhan rumah tangga yang setiap bulannya harus saya selesaikan. Membayar listrik, membayar air, angsuran rumah, angsuran piutang bank, angsuran kendaraan, dan bayar wi-fi. Selain itu, kami harus punya stok bahan-bahan untuk produksi, biaya transportasi, dan lainnya. Kami berupaya tidak memperbesar jumlah biaya kewajiban rutin, semisal menambah pinjaman. Saya bersama istri malah berkeinginan semua modal usaha dari uang sendiri, bukan dari pinjaman. Â
Keempat, kantong dana penyusutan. Sebagai pelaku usaha kami juga memikirkan penyusutan nilai aset. Sebagai pelaku usaha andal, saya harus mampu disiplin menyisihkan dana cadangan. Yakni, dana kelanggengan yang harus saya siapkan untuk penyusutan barang-barang atau alat produksi yang digunakan. Alat produksi yang saya pakai jelas bakal mengalami penyusutan.
Berbagai cara yang dapat saya lakukan menyiapkan dana cadangan kelanggengan usaha. Untuk itu, saya harus mampu menentukan harga jual yang lebih tinggi. Untuk dapat menghasilkan untung yang lebih harus cermat menghitung total biaya penjualan dan total belanja bahan baku.
Kelima, kantong pendapatan usaha. Dalam pendapatan usaha, ada pelajaran yang juga saya dapatkan dari Pak Sutie. Beberapa poin penting yang saya catat adalah, hasil penjualan yang terdiri dari produk utama dan barang bekas produksi. Selain itu, menghitung jumlah biaya yang dikeluarkan untuk penyewaan alat produksi. Dari hasil bonus dan hadiah yang dikeluarkan sebagai bagian dari pemasaran juga harus dihitung.
Untuk mencukupi pengeluaran produksi yang makin besar, saya dianjurkan meningkatkan pendapatan. Jika mendapat profit, tidak semua disisihkan, tapi juga untuk dana cadangan kelanggengan usaha.
Awal melakukannya memang sulit. Dibutuhkan kedisiplinan untuk mempraktikkan pengelolaan uang usaha. Aktivitas ini butuh tanggung jawab yang terbentuk dari kebiasaan.
***
Modal secuil pengetahuan itu juga saya praktikkan di bulan Ramadan. Sebisa mungkin saya tidak menggunakan uang dari modal dagang. Karena modal dagang tak boleh menurun, tapi justru harus naik.
Saya mengatur keuangan dari pemasukan bulanan saja. Beberapa hal yang saya lakukan, pertama, setiap Ramadan kami rutin menjadi bagian dari warga yang menyumbang takjil dan makanan untuk berbuka. Yang rutin di masjid dan di musala dekat rumah.
Sebelum puasa, saya sudah menerima list dari takmir. Biasanya, saya kebagian dua kali memberi takjil dan makanan. Sebelum pandemi, biasanya ditentukan minuman makanan yang disumbangkan. Namun ketika sejak pandemi tahun lalu hingga sekarang, panitia memberikan ketentuan "seikhlasnya". Ini biasanya masih ditambah ada kegiatan Nuzulul Quran, dan I'tikaf di masjid.