Selain itu, soto Madura buatannya pakai bumbu kuning dari kunyit dan berpadu dengan rempah-rempah lain. Sementara soto Madura buatan istri HM Noer memakai bumbu merah yang menggunakan bawang merah, bawang putih, dan cabe merah.
"Sotonya warnah merah gitu," ucap Muji.
Lantas, kenapa disebut soto Madura? Masih dari cerita Muji dengan HM Noer. Dulu, ketika banyak ibu-ibu yang gak sempat bikin sarapan, meminta anaknya membeli soto.Â
Karena orang tua ingin simpel dan gampang diingat, perintahnya membeli soto yang dijual orang Madura. Jadi, bukan soto asal Madura, tapi soto yang dijual orang Madura. Makanya, di Madura sendiri tidak ada namanya Soto Madura. Â Â
Hal serupa juga terjadi dengan menu tahu campur dan tahu tek yang dilabeli asal Lamongan. Kedua menu tersebut merupakan makanan khas Surabaya, tapi kebanyakan yang menjual orang yang berasal dari Lamongan.Â
Satu lagi makanan khas Surabaya: rujak cingur. Makanan ini juga sangat terkenal. Sampai ada yang bilang, "Anda belum ke Surabaya kalau belum menikmati rujak cingur." Â
Makanan ini menggunakan petis. Bahan-bahannya sebetulnya dari limbah ikan. Ini lantaran Surabaya juga dikenal sebagai daerah pesisir. Di mana para nelayan menjual ikan yang kecil-kecil untuk kemudian dipakai menjadi bahan membuat petis. Belum ada data fakta kapan pertama kali petis dibuat.
Rujak cingur ini menggunakan pisang klutuk untuk menetralisir bau amis petis dan trasi. Juga ada gula merah agar warnanya menantang. Ditambah bawah putih. Rujak cingur biasanya disajikan dua versi.Â
Versi mentahan, terdiri dari buah-buahan seperti timun, belimbing, nanas, bengkuang, mangga, dan jambu monyet. Â Versi matengan, terdiri dari aneka sayuran dan bahan matang lainnya seperti aneka sayuran rebus (tauge, kangkung, kacang panjang) potongan timun, serta tahu dan tempe goreng.
Hanya terkadang lantaran untuk mendapat cingur agak susah, banyak penjual menggantinya dengan kikil dan dengan cecek (kulit sapi).  Â