"Surabaya bukan seperti Jakarta. Menumpuk. Beban terkonsentasi di Surabaya. Harus memperlebar pengembangan kota. Seperti konsep lama kan ada namanya Gerbangkertasusila," jelas dia.
Kata Unung, Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo memiliki nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) cukup tinggi. Upah minimum kota/kabupaten (UMK) juga tinggi. Nilai strategisnya, dengan UMK tinggi ekspektasi pebisnis dan industri mendapat dukungan pemerintah, sehingga bisa memberikan output kepada karyawan dan outcome kepada perusahaan.
"Surabaya banyak memberikan subsidi, baik pendidikan dan kesehatan. Kalau ditotal dengan biaya hidup tentu menjadi turun. Makanya, banyak orang tinggal di Surabaya. Kalau Gresik dan Sidoarjo mau berkembang. Gresik dan Sidoarjo jadi kota industri, Surabaya kota perdagangan dan jasa," jlentreh Unung
Otomatisasi Transportasi
Pengembangan transportasi massal harus melihat dua hal, yakni pembangunan manusia dan infrastruktur. "Harus ada multiplier effect jika ada moda transportasi baru, seperti penyediaan titik parkir, pergantian, penyediaan modal lain karena termasuk intermoda," papar Unung Istopo.
Kata dia, ketika sebuah moda transpotasi dijalankan, semua harus jalan. Dicontohkan pengembangan tol Surabaya-Jakarta. Â Awal banyak yang mengkritik. Terkait pengurangan tenaga kerja seperti keberadaan penjaga tol ketika diganti dengan kartu tol. Padahal, ketika ada pembaruan model dengan teknologi, dibutuhkan banyak tenaga, semisal programmer, system maintenance hardware, analisis data, desainer, dan sebagainya.
Unung juga menyebut ada dua persepsi masyarakat melihat transportasi umum. Sisi negatifnya, transportasi umum dinilai kurang baik, waktu tunggu lama lama, tidak nyaman, takut tertular penyakit, dan lainnya. Sementara sisi positifnya, efisien, polusi turun, mengurangi pemakaian kendaraan pribadi, jalanan tidak macet, dan peluang bertemu orang baru.
Penyediaan moda transportasi umum butuh waktu panjang. Tidak bisa dilakukan 1-2 tahun. Karena itu, butuh kajian mendalam sebelum hal itu diwujudkan.
Unung mengatakan, selain model trem dan monorel, perlu juga dijajaki penggunaan transportasi sungai. Ini selaras dengan spirit mengembalikan kejayaan sungai. Wisata dari heritage satu ke heritage lain dengan menuangkan cerita. Pun taman kota, alun-alun, bangunan tua bisa dijadikan cerita.
"Dari riset, antusiasme masyarakat terhadap kebersihan dan keindahan kota selalu nomer satu pada lima tahun terakhir. Kita belum menemukan sungai panjang seperti di Surabaya. Hanya perlu dipastikan terkait debit air, barrier atau halangan yang dilewati," jelas Unung.