"Tiga hal ini ini kejar-kejaran terus. Meski pun kondisi ini sudah meningkat signifikan dibanding lima tahun sebelumnya," tegas Unung.
Pilihan Moda Transportasi
Di Surabaya, penyediaan sarana transportasi umum (public transportation) dirasakan cukup lengkap. Surabaya memiliki satu bandara berstandar internasional, dua stasiun besar, dua terminal besar. Apalagi sekarang ada tol Surabaya-Jakarta.
Problem transportasi mencuat seiring banyaknya jumlah kendaraan. Lalu lintas pun menjadi padat. Hal ini kemudian membuat Pemerintah Kota Surabaya melakukan berbagai upaya mengatasinya dengan penambahan jalan baru. Seperti Middle East Ring Road (MERR) dan Frontage Road.
Menurut Unung Istopo, transportasi bukan hanya soal akses, tapi bagaimana masyarakat bisa menjangkau dari titik satu ke titik lain. Selain itu, apa yang yang bisa diakses masyarakat di sepanjang jalan yang dilewati Semisal di MERR, ada commercial zone, rumah sakit, sekolah, dan lain sebagainya.
"Indeks aksesibilitas bukan hanya seberapa cepat mencapai destinasi, tapi juga seberapa banyak kita bisa mengakses sesuatu," papar Unung.
Lalu, bagaimana dengan moda transportasi? Apakah menggunakan trem, monorel, atau lainnya?Â
Unung menyatakan jika pemerintah harus benar-benar memikirkan moda transportasi yang tepat. Pemerintah harus melihat Surabaya basisnya kampung. Bukan hanya melihat masalah sosial ekonomi, demografi, tapi juga titik jalan.
"Kampung ini menyatukan. Tidak banyak kota atau daerah yang memiliki kampung sekuat Surabaya. Saya merinding kalau lihat kekuatan atau keguyuban warga kampung di Surabaya," imbuh dia, seraya mengutip penilaian Johan Silas (pakar tata kota ITS) jika trem bisa menjadi alternatif untuk Surabaya.
Unung mengapresiasi keinginan tiga kepala daerah mewujudkan transportasi massal. Cuma, sarannya, hal itu jangan hanya memberikan manfaatkan kepada tiga daerah saja, tapi juga daerah-daerah lain di Jawa Timur