Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tahun Kedua Pandemi, Aktivitas Mal Masih Lesu Darah

27 Februari 2021   23:03 Diperbarui: 15 Maret 2021   16:22 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Sakit Cito.foto:humas pemkot surabaya

Kelima, mal bisa menyediakan fasilitas selain tempat belanja, baik itu fasilitas olahraga, atraksi wisata, atraksi seni, hingga tempat edukasi.

Keenam, mal benar benar memastikan bahwa lingkungan mal benar benar bebas covid-19. Protokol kesehatan harus menjadi acuan bagi para tenant saat beroperasi kembali di tengah pandemi yang masih menghantui. Misal menyediakan hand sanitizer, alat pengukur suhu tubuh, pengaturan jarak fisik di lift, eskalator, antrean hingga wajib menggunakan masker. Meningkatkan kebersihan di dalam mal dengan melakukan penyemprotan disinfektan, pembersihan rutin oleh pihak house keeping di fasilitas umum.

Mal juga bisa melakukan inovasi dengan personal shoopper. Mirip jasa titip (jastip). Ini sangat membantu jika ada promo dan barang di mal, khususnya barang-barang premium," tegas Dimas Pratama.

Dia juga menjelaskan sejumlah daya tarik di mal. Di antaranya adanya anchor tenant, resto atau kafe premium, bioskop, event, theme park atau foodcourt tematik, dan lokalisasi tenan (sentra toko mas, sentra batik), dan lainnya.

Pandemi mendesak terjadinya kolaborasi antara mal dengan aplikasi seperti GoJek, Grab, dan e-commerce companies. "Faktanya, banyak orang mencari barang di e-commerce, kemudian datang ke mal hanya untuk mengecek barang, dan membeli die-commerce karena harga lebih murah, dapat cashback, dan ongkirnya murah," tuturnya.

Fajar Haribowo, Senior Consultant EBC, menegaskan, untuk bertahan dan berkembang di era modern, pengelola mal dan tenant perlu fokus pada realitas utama ini. Pertama, pengelola mal perlu fokus pada kesehatan dan inovatif dalam menciptakan kenyamanan

"Harus tahu keinginan konsumen, interaksi sosial, belanja, dan sebagainya. Pemilik mal dan tenant harus menemukan cara inovatif untuk menyesuaikan keinginan pengujung (co-creation)," tandas Fajar.

Galaxy Mall.foto:surabayapagi.com
Galaxy Mall.foto:surabayapagi.com

Menurut dia, pemilik mal harus lebih banyak berinvestasi untuk peningkatan fasilitas higienis. Ini sebagai respons atas kesadaran yang lebih tinggi tentang kesehatan masyarakat. Pusat perbelanjaan dapat disertifikasi oleh otoritas terkait sebagai bebas covid-19, yang dapat dipertahankan dengan menguji setiap pengunjung sebelum masuk.

Selain itu, mal harus meningkatnya touchless shopping experience. Semisal memperbanyak pembayaran mandiri, dan penggunaan layar sentuh, shopping mall onlinedengan virtual reality atau augmented reality ditenant, serta promotion program.

Kedua, efisien dalam pemanfaatan ruang. Pemilik mal harus meredefinisi fungsi outlet. Tenant-tenant perlu mempertimbangkan kembali ukuran dan jumlah toko, menghilangkan toko yang berkinerja buruk dan berfokus padacustomer experience,ruang pamer, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun