Untuk diketahui, penduduk Surabaya 2020 sebanyak 2.9 juta jiwa, jumlah generasi milenial sekitar 37 persen, "generasi Z" sebanyak 28 persen. Artinya, jumlah anak mudanya mencapai 65 persen. Belum termasuk pendatang yang bukan ber-KTP surabaya. Baik mereka yang cuma singgah untuk berlanja, liburan, atau mereka yang menetap di Surabaya namun bukan ber-KTP Surabaya.
Dilihat dari struktur ekonomi 10 tahun terakhir tidak banyak berubah. Tiga sektor yang paling besar berkontribusi pada nilai tambah ekonomi Surabaya adalah perdagangan besar dan eceran (termasuk reparasi mobil dan motor) sekitar 28 persen. Lalu sektor industri pengolahan berkontribusi sekitar 19 persen dan sektor akomodasi makan minum berkontribusi sekitar 16 persen. Ini artinya berbagai aktivitas perdangangan, termasuk ritel dan pemenuhan gaya hidup masih menjadi penopang terbesar ekonomi Surabaya.
Hasil survei Bank Indonesia, sekitar 70 persen pengeluaran masyarakat di Surabaya untuk konsumsi kebutuhan sehari-sehari, 20 persen ditabung dan 10 persen untuk bayar cicilan.
"Di Surabaya masyarakat kelas menengah jumlahnya hampir 50 persen. Konsumsi lifestyle tetap besar. Itu tidak masuk transaksi offline. Artinya, daya belinya masyarakat cukup tinggi," papar Frandy Agustinus.
Kata dia, di situasi normal, mereka yang belanja di mal bukan hanya warga Surabaya, tapi juga juga warga di beberapa daerah di Jawa Timur, bahkan dari Indonesia Timur.
Jika berbicara daya beli penduduk kelas atas di Surabaya, terang Frandy, tahun 2017 mencapai 1,36 juta jiwa (47,3%) dari total penduduknya. Angka tersebut meningkat hampir 4 kali lipat dalam kurun waktu 7 tahun.
Surabaya sendiri, imbuh Frandy, adalah kota yang memberikan sumbangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terbesar di Provinsi Jawa Timur, yaitu 24.7% atau memiliki nilai Rp 580 triliun dari Rp 2.352 triliun.
Fakta masih tingginya daya beli masyarakat di Surabaya diamini Dimas Pratama. Menurut dia, di Surabaya telah berdiri 30-an mal. "Tahun ini, ada dua mal baru yang akan dibangun di Kota Pahlawan. Yakni, Ciputra World Surabaya Mall 2 dan Capital Square Surabaya. Tahun berikutnya, ada 3 mal lagi dibangun," ungkapnya
Dimas juga memaparkan inflasi Surabaya sebesar 0.37%. Bisa dibilang cukup stabil. Yang memberikan sumbangsih terbesar ada di sektor makanan dan minuman.
"Bisa dikatakan bahwa ekonomi Surabaya di masa covid-19 ini masih memiliki gairah," papar Dimas.