Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Go Skate, Open Air, dan Musik 90s

9 Januari 2021   21:02 Diperbarui: 9 Januari 2021   21:06 2879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personel pertama Dewa 19. foto:. Instagram/@ari_lasso 

Saya cukup aktif menjadi penikmat musik 90s. Masa itu, saya sering melihat gelaran pentas musik di sekolah, kampus, maupun di gedung pertunjukan di Surabaya. Baik yang menonton pentas musik berbayar maupun gratisan.

Saya beberapa kali menonton konser musik di Gedung Go Skate Surabaya Indah. Lokasinya di Jalan Embong Malang, Surabaya. Menghadirkan band-band papan atas di Indonesia.  

Tahun 1990an, Go Skate jadi salah satu venue pilihan para event organizer. Gedungnya keren, tempat parkir yang memadai, dan lokasinya strategis di tengah kota. Termasuk dalam kawasan Central Business District (CBD) di Kota Pahlawan.

Saya menonton "Duel Meet" Krakatau dan Karimata di Go Skate. Kedua grup musik ini sangat digandrungi banyak orang, kala itu. Penontonnya penuh. Bahkan, mereka yang beli tiket lewat calo harus merogoh kecek lebih besar karena harganya berlipat-lipat.

Krakatau dan Karimata, masa itu, disebut sebagai band fusion jazz terbaik.  Lagu-lagu mereka abadi sampai sekarang. Grup-grup band pendatang baru belum "lulus" jika belum mampu memainkan lagu-lagu Krakatau maupun Karimata seperti Gemilang, La Samba Primadona, dan Kau Datang, Masa Kecil, dan masih banyak lagi.

Di Go Skate, saya juga menonton Kla Project. Grup yang digawangi Katon Bagaskara (vocal, bass), Romulu Radjadi alias Lilo (gitar, vokal), Adi Adrian (keyboard, piano, synthesizer) dan Ari Burhani (drum). Ketika itu, nama Fransisca Insani Rahesti alias Sisca juga lumayan dikenal karena mengisi backing vocal Kla Project.

Konser Kla Project di Go Skate tersebut juga dibanjiri penonton. Tiket sold out. Katon tampil memesona. Dia mampu menghipnotis ribuan pasang mata dengan lagu-lagu yang jamak dihapal oleh penggemarnya. Seperti lagu Tak Bisa Ke Lain Hati, Semoga, Jogjakarta, Tentang Kita, Terpurukku Disini, Gerimis, dan lainnya.  

Seiring berjalannya waktu, keberadaan Go Skate justru makin redup. Gedung tersebut seakan telah punah. Go Skate tak lagi dipakai ajang konser musik. Pun dengan acara-acara lain waktu itu, seperti wisuda, malam kesenian, pentas drama, dan lainnya.   

Pamor Go Skate kalah dengan venue lainnya sekarang, di antaranya Convention Hall Grand City, Dyandra Convention Center, Empire Palace, Jatim Expo, dan DBL Arena.

Go Skate kini seperti gedung tua yang tak terawat. Menjadi saksi bisu perjalanan konser musik di Surabaya. Ditambah problem konflik kepemilikan yang berujung di meja hijau. Belakangan malah tersiar kabar, jika Go Skate telah dilego. Pembelinya perusahaan bonafide yang telah membangun mal-mal besar di Surabaya. Go Skate akan dirobohkan, selanjutnya akan dibangun mal yang super mewah.

***

Personel Padi Reborn.foto:antara
Personel Padi Reborn.foto:antara

Satu lagi aktivitas saya yang nyaris tak terlewatkan, yakni menghadiri "Open Air". Istilah itu biasa dipakai untuk pergelaran musik di sekolah maupun kampus di Surabaya.

Sekolah-sekolah favorit di Surabaya secara periodik menggelar open air. Biasanya dihelat pada hari Sabtu atau Minggu. Tempatnya di halaman atau lapangan basket sekolah. Band-band pengisi acara dari internal maupun eksternal sekolah. Mereka memainkan genre yang berbeda-beda. Pop, rock, jazz, reggae, dan heavy metal.

Open Air menjadi ajang berekspresi bagi pelajar yang memiliki ketrampilan bermusik. Tak jarang, untuk tampil mereka harus "inden" dulu. Band-band dari sekolah lain bahkan melobi panitia dengan memberikan CD demo musiknya agar bisa tampil.

SMA Negeri 2 salah satu yang paling sering megadakan open air. Sekolah ini memang sangat dikenal melahirkan banyak musisi dan penyanyi. Di antaranya, Dewa Budjana, Ita Purnamasari, Ahmad Dhani, Ari Lasso, Piyu, Maia Estianty, dan Astrid.  

Masa itu, Ahmad Dhani, Ari Lasso, dan Piyu kerap tampil di open air SMA Negeri 2 Surabaya. Nama Dewa 19 maupun Padi belum ada alias lahir. Yang ngetop nama Smada Big Band, band kebanggaan SMA Negeri 2 Surabaya. Mereka yang menjadi personel di Smada Big Band adalah musisi pilihan. Dhani dan Piyu main di sana, namun mereka berbeda angkatan. Hingga mereka lulus, nama Smada Big Band masih terus dipakai dengan bergonta-ganti personel.

Dari sekolah menuju kampus. Begitulah yang terjadi selanjutnya. Piyu, Ari Lasso, Wawan Juniarso (drummer Dewa 19 pertama), Andi Fadly Arifuddin  alias Fadly Padi, kuliah di Universitas Airlangga (Unair). Sementara Ahmad Dhani dan Andra Ramadhan, meski tidak kuliah di Surabaya, dia sering tampil di panggung open air Unair.

Suatu siang, saya menyaksikan acara "Musik Lorong" di Unair. Kegiatannya digelar di lorong kampus Fakultas Hukum Unair. Acara itu sebagai ajang apresiasi musik sekaligus unjuk kemampuan mahasiswa Unair dan mahasiswa lain di Surabaya. Saya sempat berbincang dengan Andra Ramadhan. Sebelum tampil, dia berbaur bersama penonton.  Bahkan sempat makan krupuk upil bersama saya dan kawan lainnya.

Nama Dewa 19 dan Padi waktu itu mulai dipopulerkan. Namun belum banyak yang mengenal. Masih terbatas di kampus-kampus. Bahkan masih lebih dikenal Jangan Asem, grup band indie yang membawakan lagu-lagu kocak.

Dalam rentang masa, Dewa 19 muncul sebagai grup band yang menggebrak dunia musik major label. Album pertamanya yang dirilis tahun 1992, sukses merebut hati pecinta musik di Tanah Air. Single pertama dari album ini, Kangen sukses menjadi all time-hits.

Semua kata rindumu semakin membuatku tak berdaya/Menahan rasa ingin jumpa/Percayalah padaku aku pun rindu kamu, ku akan pulang/Melepas semua kerinduan yang terpendam...

Sepenggal lirik Kangen yang sangat familiar dan dihapal baladewa, fans Dewa 19. Lagu tersebut bukan hanya sangat dikenal, tapi juga menjadi "kutukan" bagi Dewa 19. Pasalnya, setiap manggung wajib membawakan lagu tersebut.

Tujuh tahun kemudian, tepatnya tahun 1999, giliran Padi merilis album pertama bertajuk "Lain Dunia". Album tersebut meledak di pasaran. Lagu Sobat, Mahadewi, dan Begitu Indah sudah sangat tidak asing di telinga penikmat musik. Padi yang sempat vakum akhirnya merilis Padi Reborn. 

Dewa 19 dan Padi adalah salah dua dari band terkenal yang mewakili musik 90s. Keduanya berangkat dari nol. Tampil di pentas musik sekolah dan kampus, serta mengikuti kompetisi musik. Karya-karya mereka sampai kini tetap memukau dan menghiasi industri musik di Indonesia. (agus wahyudi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun