Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Eh, Sudah 3 Tahun Produk UMKM Surabaya Dijual di Pesawat Citilink

4 Desember 2020   13:51 Diperbarui: 28 Januari 2021   13:47 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pramugara Citilink memamerkan produk UMKM Surabaya sebelum dijua di dalam pesawat. Foto:dok/pahlawan ekonomi

Seperti baru kemarin. Merasakan sibuknya memenuhi permintaan PT Citilink Indonesia. Kala itu, Desember 2017, Citilink memastikan menjual produk-produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) Pahlawan Ekonomi Surabaya.

Saya tentu bahagia. Karena sudah tiga tahun produk-produk UMKM dijual dalam pesawat Citilink. Diminati banyak orang. Bukan hanya dari Indonesia, tapi juga dari mancanegara. Dan yang membanggakan lagi, banyak orang  yang membincang.

Saya dan juga pelaku UMKM saat itu sejatinya surprise berat. Ketika perwakilan Pemerintah Kota Surabaya mengabarkan jika Citilink berminat menjual produk-produk UMKM. Ini setelah sebelumnya pihak Citilink mengkurasi beberapa produk. Hasilnya, terpilih empat produk untuk dijual di dalam pesawat Citilink.

Belakangan, saya baru mengetahui jika penjualan produk UMKM Surabaya ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama Citilink dengan Pemerintah Kota Surabaya. Di mana ada dua bidang strategis yang dikerjasamakan. Pertama, pengembangan sumber daya manusia melalui program rekrutmen pilot dan awak kabin. Kedua, aktivitas bisnis dalam upaya memperluas akses atau jangkauan wilayah pasar produk dari UMKM Surabaya di jaringan penerbangan nasional yang diterbangi Citilink Indonesia.

Saya juga masih mencatat, kali pertama produk-produk UMKM tersebut dijual di tiga pesawat Citilink rute Jakarta-Cengkareng ke Denpasar, Jakarta-Cengkareng ke Banjarmasin, dan Jakarta-Cengkareng ke Batam.

Sebelum pandemi Covid-19, ketiga pesawat tersebut dalam sehari bisa melakukan empat sampai delapan penerbangan. Targetnya, penjualan dilakukan di 50 pesawat milik maspakai yang lahir di Kota Pahlawan tersebut.

Tahap awal pengiriman, Citilink menjual 1.400 produk UMKM.  Rinciannya, almond crispy produksi Pawon Kue sebanyak 450 pak, nastar box Diah Cookies 300 pak, Kacang TreeG 450 pak, dan almond crispy semanggi Cizkrezz 300 pak.

Empat produk dijual di dalam pesawat Citilink tersebut merupakan produk-produk unggulan. Di mana produk tersebut telah terseleksi lewat proses kuratorial dan telah mengikuti Tatarupa, program rebranding dan repackaging.

Saya dan juga komite Pahlawan Ekonomi lain, awalnya cukup cemas terhadap respons pasar. Apakah produk UMKM Surabaya bisa diterima pasar? 

Empat bulan berlalu. Komite Pahlawan Ekonomi mendapat kabar gem ira dari Citilink. Bahwa semua produk UMKM ludes terjual. Citilink kemudian melakukan repeat order. Plongggg....

Kabar terakhir, Citilink masih melakukan repeat order pada September 2020 lalu. Meski kapasitas pesanannya tidak sebesar sebelum pandemi Covid-19.       

***

Empat pelaku UMKM Pahlawan Ekonomi Surabaya yang produknya dijual di dalam pesawat Citilink saya pastikan tidak bermodal instan. Mereka merintis usaha dalam kurun waktu yang cukup lama. Melakukan bekali-kali eksperimen sebelum menemukan produk unggulan. Mereka juga mampu bertahan di masa krisis. Berikut profil mereka:  

1. Choirul Machpuduah

Seorang mantan aktivis buruh pabrik yang Di-PHK akibat membela hak-hak buruh perempuan. Dia mendirikan Kampung Kue Tradisional (komunitas produsen jajan pasar) di daerah Rungkut, Surabaya  karena melihat peluang rekan-rekan buruh tidak sempat sarapan kalau pagi.

Sebagai Pemenang Pahlawan Ekonomi, dia merintis usaha baru (spin off) cookies, seperti almond crispy, supaya tidak bersaing dengan sesama komunitasnya. Setelah ikut Tatarupa, dengan kemasan dan branding lebih baik, harga produk bisa naik dari Rp 35 ribu menjadi Rp 55 ribu.

Usahanya makin meroket setelah ia tidak hanya berjuan offline, tapi juga memanfaatkan digital marketing. Omzetnya naik berlipat-lipat dari Rp 5 juta sebulan menjadi Rp 35 juta per bulan saat ini. Bahkan setiap Lebaran omzetnya naik dua kali lipat menjadi Rp 70 juta per bulan.

foto: dok/pahlawan ekonomi
foto: dok/pahlawan ekonomi

2. Diah Arfianti

Perempuan ini pernah merasakan pengalaman pahit bersama suaminya di-PHK lantaran perusahaan tempat mereka bekerja bangkrut. Diah memertahankan hidup keluarganya dengan berbisnis kuliner, seperti nasi bebek dan kue kering, seperti nastar, di momen Lebaran dan Natal.

Setahun terakhir, sebagai Pemenang Pahlawan Ekonomi, Diah ikut Tatarupa, fokus di Kue Kering terutama Nastar dengan kemasan dan branding yang lebih baik.

Usahanya makin meroket setelah menggunakan Facebook, yang merupakan Top 5 like di Komunitas Pahlawan Ekonomi, hampir 80 persen pemasarannya melalui digital media.

Ia juga memanfaatkan Program Go Financial, dengan memiliki 7 agen dan 50 reseller yang tersebar di beberapa daerah, yang bukan hanya membantu penjualan namun juga telah memperkuat struktur pemodalan.

Diah menjadi fenomema karena Lebaran kemarin omsetnya tembut Rp1.6 miliar dengan keuntungan lebih dari Rp 600 juta. Pelanggannya kini bukan hanya di Surabaya dan kota-kota lain di Indonesia, tapi juga di Filipina, Inggris, Canada, dan USA. 

foto: dok/pahlawan ekonomi
foto: dok/pahlawan ekonomi

3.Suparti

Selama 12 tahun menjalani profesi sebagai TKW di Malaysia. Lantaran kondisi fisiknya menurun dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tidak menerbitkan izin TKW (unskilled labor di luar negeri), Suparti merintis usaha kacang goreng yang dititipkan di warung-warung kopi, rasanya enak sekali namun dikemas sangat sederhana.

Sebagai salah satu Pemenang Pahlawan Ekonomi, Ibu Parti berkesempatan ikut Program Tatarupa. Dia melakukan Porfolio Product untuk masuk ke segmen SES lebih tinggi dan usia lebih muda, dengan kemasan dan branding lebih baik, produk yang sama harganya bisa naik 200 persen. Dengan rata-rata omzet bulanan mencapai Rp 25 juta.

Produk dengan brand Kacang TreeG (diinspirasi 3 Anaknya yang Ganteng semua) ini, mampu menembus pasar modern dan bahkan bulan ini akan dijual di pesawat Citilink.

Suparti juga memanfaatkan digital marketing melalui Facebook, Instagram, dan marketplace.  Namun karena keterbatasan usia, aktivitas online  dikelola anaknya dan sekarang sedang dalam transformasi pengelolaan melalui Socmed Prime Program Pahlawan Ekonomi.

foto: dok/pahlawan ekonomi
foto: dok/pahlawan ekonomi

*Aries Kurniawati 

Memulai usaha dari nol. Semangatnya menggebu-gebu menjadi pelaku usaha karena berharap besar bisa menambah pundi-pundi pendapatan keluarga.  

Produk andalannya almond crispy. Dilabeli Cizkrezz. Menggunakan kacang macadamia dan daun semanggi sebagai bahan campuran pada adonan almond crispy. Kacang macadamia lokal dibeli di Bondowoso untuk topping pengganti kacang almond. Sedang daun semanggi sebagai campuran kue agar makin crispy.

Aries berhasil mengumpulkan omzet Rp 15 jutaan sebulan. Produknya di ada di beberapa toko oleh-oleh dan sentra usaha Pemerintah Kota Surabaya. (agus wahyudi)

foto: dok/pahlawan ekonomi
foto: dok/pahlawan ekonomi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun