Berbagi tanpa pernah memikirkan balasan. Begitulah yang dilakukan Wulan Setyasih. Ketika dirinya ikut membantu memberdayakan warga eks lokalisasi Dolly.
Wulan punya keinginan itu saat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini akan menutup lokalisasi yang legendaris tersebut, 2014. Dia ingin memberi secuil kontribusi untuk ikut membantu warga bisa mencari duit secara halal.
Keinginan itu terwujud tahun 2015. Ketika itu, Wulan mendapatkan order membuat batik dalam jumlah cukup besar untuk acara PrepCom3 Habitat III tahun 2016. Nilainya ratusan juta rupiah. Waktu pengerjaan kurang lebih setahun.
Wulan menganggap rezeki tersebut juga untuk kawan-kawannya eks lokalisasi Dolly.  Singkat cerita, Wulan merekrut 52 orang. Dia terjun langsung melatih mereka. Wulan telah mempertimbangkan risiko bakal dihadapi bila memerkerjakan mereka. Pasalnya, warga eks lokalisasi Dolly sama sekali tak punya skill membatik. Terutama jika ada "kecelakaan" yang mengakibatkan produk gagal. Wulan berharap mereka bisa meninggalkan dunia hitam yang menistakan.
Ketika mengerjakan order tersebut, Wulan harus menjaga kesabaran lebih. Pasalnya, banyak di antara warga yang sama sekali tahu prosedur dan perilaku dalam  membatik. Seperti ada yang bekerja sambil merokok, sehingga kain batiknya bolong. Hasil membatiknya belepotan alias gagal produksi.
Alhamdulillah, Wulan bisa menularkan ilmunya. Pekerjaan untuk event internasional itu beres. Bahagianya lagi,10 orang di antara mereka belakangan telah menjadi pelaku usaha dan merekrut orang untuk membantunya . Mereka juga sering dapat order batik cap dari beberapa hotel ternama.
Dalam menjalankan bisnis, Wulan punya pakem, harus bisa memberikan yang terbaik buat customer. Apa pun kondisinya, pelaku usaha wajib optimal memberi pelayanan.
Sekarang, Wulan bisa dibilang sebagai salah satu pelaku usaha di Surabaya yang eksis. Sebulan, dia bisa meraup omzet Rp 20-30 jutaan. Di masa pandemi, usahanya sempat sempoyongan. Namun dia masih bisa bertahan dengan gencar melakukan penjualan online. Seraya berharap wabah ini segera pergi. (agus wahyudi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H