We were fools, we called her liar/All I hear is "Burn!"
Toto tewel juga mampu tampil melodius. Seperti saat para musisi membawakan When a Blind Man Cries dan Wasted Sunset. Serasa mendengar musik aslinya. Sedapp... betul.
The day is gone/When the angels come to stay/And all the silent whispers/Will be blown away
And lying in the corner/A pair of high heel shoes/Hanging on the wall/Gold and silver for the blues
One too many wasted sunsets/One too many for the road/And after dark the door is always open/Hoping someone else will show
***
Saya mengenal Toto Tewel sejak 2007. Saat ikut terlibat dalam pergelaran konser musik rock di Balai Pemuda Surabaya. Yang digelar secara periodik. Menghadirkan para musisi dan grub rock di Indonesia. Selain Toto Tewel, ada Achmad Albar, Ian Antono, Ucok AKA Harahap, Arthur Kaunang, Sawung Jabo, Eet Sjahranie, Andi rif, dan masih banyak lagi.
Toto Tewel tampil beberapa kali di salah satu ikon Kota Surabaya itu. Bersama Elpamas dan berkolaborasi dengan musisi Surabaya. Seperti Pungky Deaz (Andromeda), Mugix (Power Metal), Ipunk (Power Metal), Gatuk Gondez (Macan), dan Elton (The Shadow).
Di Surabaya, fans Toto Tewel lumayan banyak. Mayoritas penggemarnya menyebut pria kelahiran Pandaan tersebut, sebagai satu gitaris terbaik di Indonesia. Terlebih pengalamannya bergabung dengan Kantata Takwa dan Iwan Fals.
Meski terkenal, Toto Tewel gak pernah terlihat jemawa. Dia sosok yang ramah, kalem, dan humble. Dia selalu bermurah hati diajak ngobrol maupun berfoto bersama. Pun ketika dipuji, dia selalu merespons dengan berupaya mengalihkan pembicaraan.
Yang paling saya ingat dari Toto Tewel adalah penampilannya. Mengenakan kaus, celana jins sobek-sobek, kepalanya tersemat bandana, di lehernya tergantung kalung bermata batu alam dan kacamata hitam.