Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

"Gaya Baru" UMKM di Surabaya yang Mulai Tumbuh

5 Mei 2020   14:16 Diperbarui: 6 Mei 2020   16:03 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelaku UMKM di Surabaya mengerjakan baju hazmat dan masker. (foto:humas pemkot surabaya)

Tiba-tiba muncul pelarangan, aturan baru, dan pembatasan lainnya. Melayani customer harus menaati protokol kesehatan. Mencuci tangah dengan sabun atau hand sanitizer, memakai masker, dan menjaga jarak fisik (physical distancing), dan seterusnya.   

Seorang pelaku UMKM yang omzetnya Rp 50 juta sebulan harus mengembalikan stok bahan baku ke distributor. Ini setelah dia memutuskan menghentikan produksi.

Penyebabnya stok produk jadi masih berjibun. Beruntung distributor tidak keberatan. Membeli kembali bahan baku dengan harga seperti pembelian awal. Bisa berempati di masa sulit tentu sangat membantu.

***

Berupaya menerima keadaan dengan lapang dada. Begitu jalan yang mau tidak mau harus dilakukan. Masuk bulan kedua, cara menghadapi krisis mulai berubah. Mengecilkan keluhan, memerbesar harapan. Lamat-lamat, banyak di antara pelaku UMKM yang mulai menemukan ritme untuk tetap survive.

Ada tiga hal yang menjadi catatan dari UMKM di tengah pagebluk Corona. Pertama, di tengah bencana ternyata menghadirkan peluang. Hal ini juga memungkinkan pelaku usaha baru untuk naik. 

Di Surabaya, Pemerintah Kota Surabaya mendistribusikan makanan kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Selain sembako, juga pengadaan abon dan kering tempe. Kedua makanan tersebut dianggap cocok di masa krisis dan kaya protein.

Penyediaan abon dan kering tempe tersebut mengerahkan 38 pelaku UMKM. Hingga sekarang sudah menghasilkan lebih lima ton abon dan kering tempe. 

Penerima makanan itu pekerja migran terdampak pandemi Corona. Antara lain, pembantu rumah tangga (PRT) yang bekerja paro waktu untuk mencuci dan bersih-bersih rumah, tukang sampah lingkungan, tukang becak, tukang parkir dan penjaga masjid.

Kedua, krisis juga melahirkan fleksibilitas. Hal itu bisa dibuktikan dengan cara mereka menangkap peluang  usaha. Menyesuaikan produksinya dengan kondisi yang ada. Seperti pembuatan baju hazmat, masker, maupun APD dikerjakan pelaku UMKM yang aslinya membuat tas, dompet, rajut, daur ulang, fashion, dan lain sebagainya.

Fleksibilitas juga mengharuskan pelaku UMKM adaptif dengan keadaan. Mereka juga dituntut belajar lebih banyak. Bekerja lebih cerdas, lebih produktif dan lebih efektif. Juga mampu mengantisipasinya pekerjaan yang datang tiba-tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun