Seperti menyaksikan roller coaster, hiruk pikuk pemberitaan banjir Surabaya pun berubah 180 derajat. Publik pun mengapresiasi penanganan cepat banjir di Surabaya. Inilah logika publik yang sulit ditebak dan tak mudah digiring oleh opini tertentu.
Kompas TV membuat laporan "Banjir Surabaya Surut dalam Waktu 3 Jam". Jawa Pos menurunkan berita berjudul "Jalan Protokol Surabaya Terendam Air 17.20, Surut 19.30".
Para netizen mayoritas juga begitu. Mereka ramai-ramai memuji Bu Risma bisa memimpin anak buahnya bertindak cepat dan cekatan mengatasi banjir. Terlebih tidak sampai jatuh korban jiwa. Di Twitter, nama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini jadi trending topic dengan tagar Bu Risma dan Surabaya.
***
Banjir merupakan salah satu isu seksi yang sangat berpengaruh dari perspektif publik terhadap performa pemerintah. Dari dulu hingga sekarang. Dalam konteks ini, persoalan banjir terkait erat dengan kinerja kepala daerah. Baik di kabupaten maupun kota.Â
Banyak kepala daerah yang mendapat sorotan bahkan hujatan dari publik lantaran kedodoran mengatasi banjir. Bukan hanya di-bully, ada juga yang diancam bakal di-impeachment karena diangap tidak becus mengelola dan memimpin daerahnya.
Saya kira, Bu Risma sangat menyadari hal itu. Itu sebabnya, tiga tahun setelah terpilih wali kota pada periode pertama (2010-2015), Bu Risma gencar membangun infrastruktur. Box culvert, pedestrian, frontage, jembatan, revitalisasi sungai, dan masih banyak lagi. Â Â Â
Tahun 2013, saya ikut mendampingi rombongan Komite Ekonomi Nasional (KEN) dipimpin ketuanya, Chairul Tanjung (CT), berkunjung ke Surabaya. Selain melihat perkembangan bisnis dan UMKM, mereka juga diajak Bu Risma melihat proyek box culvert.
Sejumlah anggota KEN sempat turun melihat ketinggian, lebar, dan kualitas bahan box culvert. Mereka memberikan apresiasi positif karena bentuk box culvert-nya seperti yang dibangun di luar negeri.
Saya juga pernah ikut mengantar Duta Besar Singapura untuk Indonesia Anil Kumar Nayar keliling Surabaya. Dia datang bersama Peter F. Gontha (sekarang Duta Besar RI untuk Polandia). Peter waktu itu masih menjadi pengusaha dan promotor musik.
Keduanya melihat detail penataan Kota Surabaya. Mereka menyatakan salut dengan perkembangan infrastruktur Surabaya yang dinilai cepat dan modern. Juga dengan penataan lingkungan yang bersih, asri, nan hijau.