Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lir Ilir dan Pesan Ibu Jangan Tidur setelah Subuh

23 Desember 2019   18:01 Diperbarui: 24 Desember 2019   16:41 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lustrasi foto: Shutterstock 

Allhummarhamna bilquran. Waj'alhu lii imaman wa nuran wa hudan wa rohmah. Allhumma dzakkirni minhu maa nasiitu wa 'allimnii minhu maa jahiltu warzuqnii tilawatahu aana-allaili wa'atrofannahaar waj'alhu li hujatan ya rabbal 'alamin.

"Ya Allah, rahmatilah aku dengan Al-Quran yang agung, jadikanlah ia bagiku sebagai panutan, cahaya, dan petunjuk rahmat. Ya Allah, ingatkanlah aku andai aku lupa akan ayat Al-Quran ajarkan aku dari padanya yang belum aku tahu dan anugrahkan kepadaku kesempatan untuk membacanya tengah malam dan siang hari dan jadikanlah ia hujjah yang kuat bagiku, wahai Tuhan semesta alam."

Selain ngajar ngaji, ibu juga selalu bermurah hati mendengarkan curhat para jomblo. Kebanyakan kaum perempuan. Mereka yang ingin segera menikah namun belum menemukan jodoh. Dari keluhan, ibu berusaha menemukan pasangan hidup. Istilahnya jadi mak comblang. Banyak yang dicomblangin ibu akhirnya menikah. Ada juga yang tidak berjodoh. Setahu saya, mereka yang akhirnya menikah sampai sekarang tidak ada yang bercerai. Alhamdulillah.  

***

Di masa kecil, tiap pagi beranjak pergi, kami selalu mendengarkan ibu menyanyikan lagu Lir Ilir. Lagu karya Sunan Kalijaga. Kami merasakan apa yang dinyanyikan ibu untuk meredam emosi, mengusir kesumpekan, dan menyemangati anak-anaknya.

Lir-ilir, Ilir-Ilir Tandure wus sumilir/ Tak ijo royo-royo/ Tak sengguh temanten anyar 

(Bangunlah, bangunlah/Tanaman sudah bersemi/Demikian menghijau/ Bagaikan pengantin baru)

Cah angon, cah angon/Penekno blimbing kuwi/ Lunyu-lunyu penekno/Kanggo mbasuh dodotiro 

(Anak gembala, anak gembala/panjatlah pohon blimbing itu/walaupun licin tapi panjatlah/Untuk membasuh pakaianmu)

Dodotiro, dodotiro/Kumitir bedah ing pinggir/Dondomono/jlumatono/Kanggo sebo mengko sore 

(Pakaianmu-pakainmu/terkoyak di bagian samping/Jahitlah, benahilah/ Untuk menghadap nanti sore)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun