"Muhammadiyah punya banyak sekolah. Saya yakin banyak bibit pemain bola. Jika serius melakukan pembinaan, dua tahun pasti bisa mencetak pemain hebat yang bisa masuk timnas," tutur Hanafing.
Yang menggembirakan, coaching clinic PSHW Jatim ini mendapat perhatian PSSI. Beberapa jam setelah penutupan, Hanafing melaporkan semua aktivitas coaching clinic ke Direktur Teknik PSSI Danurwindo.
"Saya sudah kirim foto dan video. Pak Danurwindo sangat senang dan antusias," ungkap Hanafing.Â
***
Rona Dhimam Abror Djuraid terpancar gembira. Dia tak menyangka semangat peserta ikut coaching clinic. Padahal persiapannya mepet banget. Efektif dua mingguan. Dukungan dana yang terkumpul juga dari "bantingan". Urusan spontan melalui WAG warga Muhammadiyah.
Abror yang menjabat Ketua PSHW Jawa Timur, menegaskan jika coaching clinic ini merupakan kegiatan awal setelah Relauching PSHW Jatim pada Milad ke-107 Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 23 November 2019.
Di Jatim, ada 15 klub PSHW. Sebagian klub sudah menjadi anggota Asosiasi Kabupaten (Askab) dan Asosiasi Kota (Askot), kepanjangan tangan PSSI di daerah. Targetnya, tahun 2020, sudah terbentuk 38 klub PSHW di Jatim.
Setelah coaching clinic ,terang Abror, pihaknya akan melanjutkan dengan mengadakan Kursus Pelatih Lisensi D Nasional Filanesia (Filosofi Sepak Bola Indonesia). Jumlah pesertanya 20-30 orang. "Targetnya awal Februari 2020 dilaksanakan," kata mantan pemred Jawa Pos itu.
Abror juga menyinggung misi besar yang diusung PSHW. Yang ingin berkontribusi untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Mencetak pemain berkualitas, profesional dan berakhlakul kharimah.
Apa gak terlalu ndakik-ndakik? Abror gak peduli dengan sinisme tersebut. Baginya, kebaikan harus diperjuangkan, diikhtiarkan. Pun soal potret bukan sepak bola kita. Abror mengilustrasikan seperti teori korupsi, bahwa ikan busuk dimulai dari kepalanya.
Hal senada dilontarkan Nadjib Hamid. Wakil Ketua PWM Jawa Timur itu mengatakan, Muhammadiyah punya dua visi besar dengan keberadaan PSHW. Pertama, ikut berkontribusi memerbaiki atmosfer sepak bola nasional yang hingga kini masih terpuruk. Kedua, memperluas media dakwah.Â