Pagi itu, Hanafing "berjibaku" di Lapangan Jambangan, Surabaya. Kausnya basah oleh keringat. Suaranya terdengar rada serak. Beberapa kali dia berlari kecil, menunjukkan posisi bermain. Bila ada yang salah dia tak segan memeringatkan dengan teriakan keras.
Saya sengaja ikut sesi latihan itu. Selain mengobati kangen "merumput" di lapangan bola, juga ingin melihat penerapan teknik dan taktik yang diajarkan Hanafing. Saya juga sempat ber-juggling ria. Sambil saya "pamerkan" di media sosial, hehe.
"Mana posisi bek. Bergerak. Persempit ruang gerak. Itu bek membelakangi lawan. Passing-nya mana? Mainkan satu sentuhan," kata Hanafing, sesaat setelah memberi contoh menendang bola yang cepat dan akurat.
Hanafing memimpin praktik di lapangan bersama 60 orang peserta Coaching Clinic PSHW Jawa Timur. Kegiatannya berlangsung dua hari, 14-15 Desember 2019. Sesi teori dilaksanakan di Diklat PUPR, Jalan Gayung Kebosari, Surabaya.
Hanafing tak sendiri. Dia dibantu asistennya, Yusman Mulyono, Dia mantan pemain NIAC Mitra. Yusman pernah bermain bersama Hanafing dan beberapa punggawa NIAC Mitra lain, seperti Rudy Keltjes, M Zen Alhadad, Yessi Mustamu, Jaya Hartono, dan Fandi Ahmad.
Peserta coaching clinic yang mayoritas guru olahraga di sekolah Muhammadiyah itu, benar-benar antusias. Mereka dapat asupan ilmu baru. Cara bermain dan melatih sepak bola modern. Di mana banyak hal yang belum mereka ketahui. Seperti warming up & stretching, three vs one, driven pass, transisi pemain, dan masih banyak lagi.
Latihan ditutup dengan game 30 menit. Sesi ini memungkasi coaching clinic. Peserta bermain dengan gembira. Mempraktikkan semua yang telah dipelajari di kelas. Gol demi gol terjadi. Mereka merasakan bermain dengan taktik dan strategi baru. Yang efektif dan efisien. Yang lebih keren dan belum pernah dilakukan. Usai game, mereka bersalaman. Lalu berpelukan. Sebelum mengakhir mereka kompak meneriakkan, "PSHW Jaya Luar Biasa..."
Hanafing senang dengan kegiatan yang baru pertama kali dilaksanakan sejak PSHW berdiri pada tahun 1918. Kata dia, sekitar 60 persen peserta bisa menyerap pelajaran yang dia berikan. Sekaligus mempraktikannya.
"Ini luar bisa. PSHW berpeluang bisa mencetak pelatih-pelatih andal," tutur dia.
Di mata Hanafing, PSHW punya potensi besar melahirkan pemain berprestasi. Yang mampu berkompetisi bukan cuma di level regional, tapi juga nasional bahkan internasional.