Pengakuan Jubaidah, ketika itu Mbok Parli sempat menaruh uang logam di pusar bayi. Katanya, uang logam itu bisa mengatasi udel bodhong. Sudah berulangkali Mbok Parli melakukan cara itu. Hasilnya baik-baik saja.
Lettu Budi masih dengan petunjuk medical record di tangannya. Ia menjabarkan, bayi itu terdeteksi mengalami tetanus di pusarnya. Dugaan kuat karena benda tajam yang tidak steril.
Sesaat, polisi membuka kotak yang dibalut kain sarung. Kotak itu namanya Dukun Kit. Isinya, perban, tali pusat yang terbuat dari benang, alkohol, yodium/betadine, dan plester. Ada satu lagi, gunting yang terlihat tidak mengkilat.
"Benar ini milik. Mbok. Ini yang dipakai untuk persalinan?"
"Benar, Pak."
"Waktu memotong ari-ari bayi, Mbok pakai apa? Kecurigaan Lettu Budi makin kuat.
"Gunting, Pak."
"Gunting ini, kan?" desak Lettu Budi.
Mbok Parli pun terdiam. Bola matanya, lagi-lagi, melompat-lompat. Ia seakan berat berkata, kalau gunting itu dibawa polisi dari rumah. Gunting itu ditempatkan di keranjang. Ketika itu, Mbok Parli agar gugup gara-gara pisau yang biasa dipakai menggunting tali pusar tidak ia temukan dalam Dukun Kit. Jadinya, dia menyambar saja gunting yang sehari-hari dipakai untuk memotong barang-barang di warung kelontong miliknya.
Tiba-tiba mata Mbok Parli mendongak ke atas. Penglihatannya berkunang-kunang. Sesaat, dia pun roboh. (agus wahyudi)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI