Sebelumnya, perempuan kelahiran Surabaya, 17 Juli 1978 itu, bisa produksi 100 stoples per hari. Dengan oven baru, bisa produksi 200-250 stoples per hari.
Selain Imlek dan Natal, yang paling sibuk persiapan Lebaran. "Biasanya empat bulan sebelum Lebaran saya sudah terima pesanan."
Dengan oven baru, Diah mampu produksi 25 ribu stoples pada tahun 2019. Jumlah ini mengalami kenaikan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang memproduksi 20 ribu stoples.
Selain menambah kapasitas, Diah juga merekrut tenaga baru. Sekarang, ada 22 orang. Â Ada satu karyawan penyandang disabilitas, hanya mempunyai satu tangan. Namun pekerjaannya bagus, rapi, dan sesuai standar.
"Saya ajak bekerja beberapa warga kampung. Biar mereka juga bisa merasakan mendapat penghasilan dari kegiatan usaha saya ini."
Beberapa pekan setelah mesin baru datang, Diah menyewa rumah di sebelahnya. Rumah itu dipakai produksi. Sedang rumah yang ditempati hingga kini jadi showcase.
Setahun kemudian, Diah membeli lagi oven convection 705. Â Pengadaan alat itu untuk pengembangan usaha. Sebab, sejak Juni 2016, ia punya 9 agen dan 55 reseller yang tersebar di Surabaya, Sidoarjo, Gresik, dan Bojonegoro.
Rata-rata, dari jualan kue kering Diah bisa meraup penghasilan Rp 50-60 juta sebulan. Jumlah itu naik tiga kali lipat jelang Lebaran tiba.
***
Diah Arfianti pernah mencecap kehidupan pahit. Tahun 2011, suaminya, Mochammad Rofik, terkena pemutusan hubungan kerja alias di-PHK. Tempat kerja suaminya di Kedungdoro, Surabaya, bangkrut. Masalah keuangan menjadi penyebabnya.Â
"Saat itu, saya sangat bingung. Bagaimana caranya mencari pemasukan agar mencukupi kebutuhan keluarga saya sehari-hari. Saya syok betul."