Suatu ketika, saya pernah bertanya soal kesuksesan Jawa Pos menjadi market leader di Jawa Timur. Dari koran kecil bertiras 6 ribu eksemplar dengan 8 halaman. Dalam waktu lima tahun, saat dipegang Dahlan, oplah Jawa Pos menjadi 300 ribu eksemplar.Â
Lima tahun berikutnya terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN) satu jaringan surat kabar terluas di Indonesia. Waktu itu, JPNN punya 80 surat kabar dan 40 jaringan percetakan se-Indonesia.
Lima tahun berikutnya, Jawa Pos punya pabrik kertas. Pada tahun 1997, Dahlan me-launching Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya. Disusul gedung serupa di Jakarta.
Pertanyaan saya ini sering ditayakan banyak orang. Dan Dahlan selalu menjawab singkat, "Itu takdir!"
Dahlan menuturkan, banyak orang hanya tahu Jawa Pos punya gedung besar, pabrik kertas, mesin percetakan, dan sebagainya. Tapi tak banyak yang tahu prosesnya. Berapa kali dia mengalami kegagalan. Berapa kali dibohongi klien. Berapa banyak uang yang hilang karena rugi.
"Banyak sekali. Itu kenapa saya selalu menantang supaya ada yang mau bikin seminar kegagalan. Jangan hanya melihat suksesnya saja."Â
Seminar kegagalan itu dianggap sangat penting. Biar orang tahu bagaimana membaca dan melihat keinginan pasar. Mengeksekusi peluang. Menciptakan peluang namun yang tak kunjung closing. Berikut trik dan modus penipuan dalam bisnis.
Dalam bisnis, Dahlan dikenal pemimpin yang mengetahui makro, mendalami mikronya, dan mau mengurus detailnya. Dahlan tak pernah percaya asumsi. Karena hal itu menjadi dasar kegagalan dalam bisnis.
Bukan hanya dalam liputan, Dahlan kerap diam-diam turun ke lapangan melihat distribusi dan penjualan koran. Tak jarang dia "menyamar" pembeli koran. Bertanya banyak hal dengan loper dan agen. Aktivitas itu dilakukan berulang-ulang. Makanya, Dahlan tahu jika ada yang berbuat nakal.
Saya bersyukur mendapat banyak insight dari Dahlan Iskan. Terlebih, setelah sekarang saya terlibat di Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda Surabaya. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis komunitas. Saya berhadapan dengan mereka yang bergiat di dunia usaha. Menjadi entrepreneur.Â
Selain harapan, banyak di antara mereka "silau" dengan kesuksesan orang lain. Mereka kerap lupa dengan proses merintis usaha. Berapa kali mengalami kegagalan, ditipu orang, dan lain sebagainya. Hingga di setiap testimoni pelaku usaha sekarang, pengalaman pahit menjadi wajib diceritakan.