Dengan berat hati, Bagas menggulung lukisan itu. Disimpan dalam boks besi bekas menyimpan barang-barang otomotif.
***
Bagas tak sengaja menemukan beberapa kliping artikel koran. Saat bersih-bersih rak buku. Cukup lama tersimpan. Saking lamanya, beberapa tulisan yang tercetak ada yang terlihat buram.
Agustus 1999. Di Jakarta, dilaporkan pemusnahan benda-benda pusaka dari pengusaha Laut Selatan. Tak cuma itu, di sana juga hadir sejumlah pakar, ulama, dan ruhaniawan yang mengaku punya kemampuan dan ahli dalam bidang metafisik. Beberapa di antara mereka ada menyebut penguasa Laut Selatan adalah Nyi Roro Kidul.
Selang beberapa hari, respons masyarakat mengalir. Polemik panjang terjadi. Ada luiping surat pembaca, kalau persepsi penguasa Laut Selatan itu keliru. Penguasa Laut Selatan bukan Nyi Roro Kidul, tapi Kanjeng Ratu Kidul. Status Kanjeng Ratu Kidul merupakan raja/penguasa di Laut Selatan. Sedang Nyi Roro Kidul adalah patihnya.
Ada lagi, Nyi Roro Kidul disebut kreasi Raja Jawa untuk menakut-nakuti rakyat. Yang ditulis, Roro berasal dari bahasa Jawa artinya perawan (tidak menikah). Sedang kidul artinya selatan.
Bagas mengeryitkan dahi. Menarik juga membaca polemik Nyi Roro Kidul. Selama ini, tak banyak yang dia tahu. Paling cuma cerita orang-orang gardu. Atau nonton film yang diperankan Suzanna.
Berhari-hari, Bagas membayangkan wajah Nyi Roro Kidul. Yang kemudian bisa dibeber dalam kanvas. Hingga, Rabu malam, dia memutuskan pergi ke Laut Selatan. Ia nekat meninggalkan pekerjaan di klinik kesehatan berhar-hari.
Bagas memang cowok keras hati. Jika niatnya bulat, pantang diredam. Selepas SMA, Bagas tak berhasrat melanjutkan kuliah. Dia ingin jadi pelukis saja. Hanya, niat itu tak diurungjkan lantaran dia tak berani melawan titah Rafika.
Di Laut Selatan, Bagas ingin melihat sosok Nyi Roro Kidul. Melakoni ritual poso mutih. Untuk memantapkan laku spiritual. Bagas makan nasi putih tanpa dicampur apa pun. Minum air minum mentah. Bagas juga bersemadi.
Tiga hari di Laut Selatan. Bagas belum memulai melukis. Lebih banyak berdiam diri. Menatap hamparan laut. Hari ketujuh , Bagas merasa merasa punya energi besar. Ia memulai melukis. Â Tangannya ringan memainkan kuas. Setengah sehari, lukisan itu hampir jadi.