Â
Bukan kali ini saja Bagas mendengar pengakuan menyeramkan. Ya, dari mereka yang melihat lukisannya. Yang dipajang di serambi rumah. Karya seni Bagas itu disebut-sebut berbau magis. Bisa membuat dada menggigil.
Dengar saja penuturan Mimi. Putri sulung paman Bagas, Senoadji. Baru-baru ini, membeber cerita ngeri. Mimi bilang, saat berada di serambi, ia merinding. Sekujur tubuhnya seperti disapu angin lembut. Berasa ada yang membelai rambutnya.
Mimi juga mengaku mendengar erangan. Suaranya terputus-putus. Tak bisa ia takar secara jelas., suara perempuan atau laki-laki. Yang diucapkan samar, sebut Mimi.
Mimi tertahan dengan hati bergemuruh. Ketakutan pun berkelebat. Beberapa menit, ia lihat sekeliling ruangan dengan gemetaran. Batin Mimi berbisik, pasti ada yang menggodanya. Tapi perkiraannya tak terbukti. Lampu senter handphone-nya tak cukup membantu menemukan titik sumber suara yang seolah-olah menyeru.
Mimi melongok ke sudut-sudut ruangan. Ia cari ke kolong-kolong. Barang-barang elektronik yang teronggok di meja. Tak satu pun bisa memberikan petunjuk datangnya suara itu.
Ketika perasaannya terus didera kecemasan, Mimi terkesiap melihat lukisan karya Bagas. Ah, benarkah dari ini? batinnya berontak.Â
Sayup-sayup, ia rasakan ada bisikan lagi . Kali ini, Mimi terdorong menyentuh lukisan itu, namun tangan Mimi berasa berat.
Semua keluarga yang dengar cerita Mimi terdiam. Beberapa orang kemudian menyuruh Mimi berhenti. Yang lain. Bagas yang mendengarnya malah senyum-senyum sendirian.
Bagas meragukan cerita Mimi. Bukan berarti ia tak percaya hal gaib. Baginya, cerita dan bualan tak bisa ditakar. Gaib itu ada. Gaib itu keniscayaan. Namun bukan berarti bisa menaklukan hati dan pikiran manusia. Tuhan memberi kelebihan dan kekuatan manusia melalui insting dan nalarnya.