Wiwit Manfaati menyakini bisnis harus fokus. Image dia sebagai pengusaha eceng gondong benar-benar dirawat. Lahirnya banyak produk dari eceng gondok merupakan bukti jika dia konsisten di jalur bisnis yang ditekuni.
Pada 25-27 Juli 2016, Surabaya menjadi tuan rumah penyelenggara The Third Preparatory Committee United Nations for Habitat (Prepcom 3). Kegiatan itu dilangsungkan di Hall Exhibition Grand City.
Berkah luar biasa diperoleh Wiwit. Produk 4.000 lebih produk kerajinan eceng gondok buatannya dipakai sebagai souvenir peserta konvensi yang membahas perkembangan permukiman dunia. Semua perwakilan dunia memuji hasil karajinan eceng gondok milik Wiwit.
Pekan lalu, Wiwit sempat ikut pameran di Seoul, Korea Selatan. Dia bertemu dengan buyer dari Mexico, Jepang, Ecuador dan Korea Selatan. Pulang ke Tanah Air, secara periodik dia kirim ratusan barang ke mereka.
Dalam menjalankan roda bisnisnya, Wiwit kini dibantu 15 tenaga kerja. Sebetulnya jumlah tersebut masih kurang. Namun mereka mengakui tak mudah untuk merekrut tenaga kerja yang mau menggeluti bisnis anyaman limbah eceng gondok ini.Â
Sebab, tak sedikit tenaga kerjanya yang keluar masuk. Rata-rata mereka cepat putus asa. Padahal bikin kerajinan butuh sabar dan telaten.
Sebagai perajin, Wiwit mengaku tidak berhenti belajar. Dia terus  memperbarui produknya agar bisa mengikuti selera pasar. Misalnya untuk desain, Wiwit memanfaatkan keikutsertaan pameran sebagai ajang untuk mencari ilmu ke perajin lain.
Ditanya omzet, Wiwit malu-malu menjawab. Yang jelas, mencapai ratusan juta rupiah. Untuk sekali pameran, dia bisa meraup puluhan juta rupiah. Hasil usahanya sudah diwujudkan dengan membeli properti, mobil, dan mendaftarkan semua keluarganya naik haji.
Di rumahnya, Perumahan Kebraon Indah, Surabaya, kini jadi jujugan tamu dari berbagai daerah-daerah di Indonesia untuk belajar membuat kerajinan eceng gondok. Beberapa BUMN juga sering mengirim pegawai yang akan purna tugas untuk belajar bisnis di rumah Wiwit.
"Saya selalu terbuka untuk belajar. Hanya saya selalu berpesan jika bisnis bukan sulapan. Harus mau ikut prosesnya. Satu lagi, mentalnya harus kuat. Gak boleh mutungan (putus asa)," ujar Wiwit Manfaati. (Agus Wahyudi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H