Di kalangan jurnalis, Risma masa itu belum banyak dikenal. Namanya mulai bersinar setelah dia merilis e-procurement, sistem pengadaan barang dan jasa menggunakan media elektronik. Lebih efisien dan efektif. Mengurangi penggunaan kertas, hemat waktu dan tenaga kerja.
Kebijakan penerapan e-procurement itu tidak popular. Makanya, reaksi keras bermunculan. Dari kalangan internal maupun mereka yang ikut lelang di Pemerintah Kota Surabaya. Tak terkecuali mayoritas legislator di Surabaya.
 Saya me-running polemik penerapan e-procurement tersebut. Yang seru, ketika Risma menerima ancaman dari orang-orang yang merasa tak puas. Dari ancaman verbal sampai ancaman bunuh. Orang yang menyampaikan "pesan" jika dirinya sudah tahu di mana dan jam berapa anak Risma pulang sekolah. Â
Meski dicecar gelombang ancaman, Risma maju terus. Dia tetap menjalankan kebijakan e-procurement. Belakangan, sistem itu diadopsi pemerintah pusat dan banyak pemerintah daerah di Indonesia. Â Â
Prestasi yang moncer membuat Wali Kota Bambang DH memberi kepercayaan buat Risma. Tahun 2005, Risma dilantik menjadi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Jabatan yang cukup strategis. Dan Risma tak pernah memintanya. Â Â
Beberapa bulan, Risma menggebrak dengan revitalisasi Taman Bungkul. Taman yang kumuh dan mati suri. Taman Bungkul disulap jadi ikon Kota Pahlawan yang indah. Saban hari, ribuan orang bercengkerama di sana. Taman Bungkul juga telah mendapatkan taman terbaik se-Asia dari PBB, 2013.
Dari Taman Bungkul, Surabaya membangun banyak taman lain. Hingga 2019, sesuai data yang dirilis Humas Pemerintah Kota Surabaya, ada punya 613 taman di Surabaya. Taman-taman tersebut tersebar di Surabaya Pusat, Timur, Selatan, dan Barat. Tahun 2018, Ruang Terbuka Hijau (RTH) Surabaya sudah 21,79 persen. Melampaui Peraturan Menteri PU, yakni minimal RTH publik 20 persen dan RTH privat (gedung apartemen/kantor/hotel) wajib 10 persen. Â Â Â
Ada yang luput dari perhatian publik. Ketika awal-awal Risma gencar membangun taman. Sebab, dia dituntut efisien mengatur anggaran, Risma menyiasati menggunakan feses atau tinja untuk dijadikan pupuk. Ketrampilannya membuat pupuk ini mampu membuat tanaman subur karena ada kandungan unsur hara. Risma melakukan itu di malam hingga dinihari. Karena dia tak ingin aktivitas pembangunan taman menganggu lingkungan.
***
Februari 2011, Risma hadir di ultah ke-10 Radar Surabaya, tempat saya bekerja dulu. Risma datang bersama beberapa pejabat Pemerintah Kota Surabaya. Kala itu, Risma baru beberapa bulan dilantik menjadi Wali Kota Surabaya periode 2010-2015.
Saya berkesempatan berbincang dengan Risma. Sambil menikmati bubur Madura dan jajan pasar. Seperti biasa, Risma menanyakan kabar saya dan keluarga. Risma kelihatan enggan bicara ketika saya tanya terkait kemenangan dia dalam pemilihan wali kota Surabaya.