***
Awal 2012, Nur Aini mengetahui rencana penutupan lokalisasi di Surabaya. Tak terkecuali di Lokalisasi Bangunsari. Lokalisasi lain seperti Dolly, Jarak, Klakah Rejo, Moroseneng juga akan ditutup.
Kabar tersebut menyulut kegembiraan Nur Aini dan warga lain di Bangunsari. Sebaliknya, PSK, mucikari dan mereka mendapat manfaat finansial dari aktivitas di area lokalisasi, hal itu dianggap malapetaka. Unjuk rasa, spanduk penolakan, dan kasak-kusuk ancaman marak melawan rencana penutupan lokalisasi di Surabaya itu.
Perlawanan itu tak menyurutkan nyali Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memimpin penutupan semua lokalisasi di Surabaya. Alasannya jelas, selain kejahatan kemanusiaan, keberadaan lokalisasi telah membunuh masa depan anak-anak Surabaya. Â
Lokalisasi Bangunsari ditutup pada 21 Desember 2012. Disusul kemudian Lokalisasi Tambak Asri (Kremil) dan Moroseneng-Klakahrejo. Yang terakhir dan paling riuhsaat penutupan Dolly-Jarak, lokalisasi terbesar di Asia Tenggara pada 18 Juni 2014.
Buntut penutupan lokalisasi, warung Nur Aini di Bangunsari IV otomatis tutup. Ibu dua anak ini kemudian mengalihkan full usahanya di rumah. Saat itu, Pemerintah Kota Surabaya gencar membera tawaran alternatif usaha. Itu diwujudkan dengan pelatihan, seperti membatik, membuat aksesoris, memasak, dan masih banyak lagi.
 Nur Aini memanfaatkan kesempatan itu. Dia kemudian bergabung di pelatihan Pahlawan Ekonomi. Dia aktif di kelompok culinary business yang mengajarkan banyak hal tentang kuliner.
Nur Aini senang mendapat pengalaman dan ketrampilan baru. Dari berbagai eksperimen kuliner yang dilakukan, dia bisa membuat banyak varian kuliner. Seperti udang kering, brownies waluh (labu), sambel dalam kemasan, Â bandeng bakar, otak-otak, dan stick tuna.
Nur Aini makin bersemangat mengajak PSK beralih prosesi menjadi wirausaha. Beberapa PSK akhirnya mau bergabung. Usaha Nur Aini makin berkembang. Setelah beberapa tahun, banyak yang sudah mentas, menikah, dan ikut suaminya. Yang lain ada yang membuka usaha sendiri dan sudah mendapat orderan.
"Saya ikut membantu jika mereka ada orderan sendiri. Saya akan tetap bantu mereka sampai mandiri," ucap Nur Aini.
Di rumahnya kini, sedikitnya 25 orang membantu Nur Aini menjalankan bisnisnya. Produk olahan ikan itu sudah buatannya juga telah dikirim Batam dan Papua. Sebulan, Nur bisa meraup omzet Rp 30-35 juta.