Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bila Cak Sabar Merawat Kampung Lawas Maspati

11 Oktober 2019   17:43 Diperbarui: 13 Oktober 2019   14:06 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sabar Swastono. Foto: Eko saputro

Tiap tahun, Kampung Lawas Maspati selalu memenangi kompetisi tersebut. Bahkan, penghargaan yang diperoleh bisa lebih dari satu ketegori. Selain dapat piala, piagam, juga uang.    

"Setelah jadi pemenang, terus kelanjutannya apa? Itulah yang kemudian memaksa saya untuk cari terobosan agar Kampung Maspati ini bisa 'dijual'," tutur Cak Sabar.

Cak Sabar lalu berpikir tentang pariwisata. Surabaya tidak memiliki alam yang bisa dijual, seperti Bali atau Lombok. Kampung bisa menjadi alternatifnya. Menjual tradisi dan warisan budayanya. Gampangnya begitu.

Cak Sabar melihat Kampung Maspati memiliki keunggulan itu. Berada di situs Keraton di Surabaya. Masih menyisakan rumah-rumah peninggalan Belanda. Juga masih kuarnya akar budaya dan tradisi Suroboyo. Jika bisa dikemas, tentu bisa memberi nilai tambah ekonomi warga.

"Awale yo onok ae sing gak seneng. Cumak aku duwe prinsip, lek sing seneng lebih akeh, mesti sing gak seneng katut.(Awalnya ada juga yang tidak mendukung. Tapi saya punya prinsip, kalau yang mendukung lebih banyak lainnya pasti berjalan, Red)," tutur Cak Sabar.  

Cak Sabar dan beberapa warga kemudian menggelar beberapa acara. Hampir tiap bulan. Seperti Jaran Kepang, Manten Pegon, Tari Remo, Musik Patrol Tandak Bedes, dan masih banyak lagi. Penontonnya kebanyakan dari warga sekitar.  

Saking semangatnya, Cak Sabar pun mengundang Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Cak Sabar mengirim surat ke Bu Risma. "Tak surati dewe mewakili tokoh Kampung Lawasa Maspati. Ping pisan, pindo, telu, gak dibales. Tak surati terus. Akhire yo dibales. Paleng Bu Risma grisien be e, ha..ha... (Saya surati atas nama tokoh Kampung Lawas Maspati. Sekali, dua kali, tiga kali gak dibalas. Akhirnya, Bu Risma membalas. Mungkin Bu Risma risih juga, ha..ha., Red)."

Dalam suatu acara, pejabat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya dan pejabat kelurahan setempat, datang. Setelah melihat dan menanyakan banyak hal, mereka melaporkan ke Bu Risma.

Cak Sabar tak ingin kehilangan momen. Setelah tahu, jadwal kedatangan Bu Risma, Cak Sabar sekaligus melaunching  Kampung Lawas Maspati, tahun 2013.

***

Penulis bersama Cak Sabar. Foto: Eko saputro
Penulis bersama Cak Sabar. Foto: Eko saputro

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun