Apresiasi Dennis itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, Dennis mengatahui sendiri juga pendapatan beberapa pelaku UKM Surabaya yang cukup fantastis. Tak sedikit yang bisa meraup omzet di tas Rp 50 juta sebulan. Produknya bukan hanya dijual di Surabaya, tapi juga kota-kota lain di Indonesia.
Dennis menyakini dua tantangan terbesar pelaku UKM. Yakni, memaksimalkan promosi dan pengembangan produk. Seiring waktu, konsumen juga makin cerewet dan gampang bosen. Karena itu, dibutuhkan kreativitas dan inovasi yang tak kenal henti.
Bagi UKM, terang Dennis, kadangkala lebih fokus pada pengembangan produk. Sementara promosi masih belum optimal. "Ini sangat wajar. Saya sebagaia aktor gak ngerti masang lampu, masalah keuangan, atau hanya tahu sedikit soal marketing. Karena itu, saya sangat anjurkan untuk kolaborasi. Berbagi tugas," tutur dia.
Selepasa mengajar, Dennis biasanya melihat produk-produk UKM. Jika ada yang menggoda hatinya ia beli. Dennis juga selalu bermurah hati diajak berselfi maupun berfoto bareng pelaku UKM sekalian meng-endorse produknya.
Jelang senja, saat ngopi berdua, saya berdiskusi banyak dengan Dennis. Dari buku, film, dan perkembangan startup. Tak lupa, saya juga bertanya bagaimana kiat bikin startup yang eksis dan bisa menggaet investor seperti Layaria?
"Ah, semua orang pasti bisa, Mas. Tinggal dia mau meluangkan waktu atau tidak," ucap Dennis, merendah. (agus wahyudi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H