"Ini kesewenang-wenangan. Bapak harusnya melindungi kami. Bukan membela cukong-cukong itu."
Rentetan teriakan pedagang makin nyaring. Memekakkan telinga. Saling bersahutan. Â
"Betul.. betul.."
"Jangan bela cukong. Kami pewaris sah negeri ini."
Para pedagang makin bersungut-sungut. Kali ini bukan cuma caci-maki, tapi batu-batu berterbangan. Menyasar petugas. Situasi memanas. Aparat trantib memburu pelaku pelemparan. Pedagang lain menghalau. Keributan pun pecah.
Perlawanan menjurus kasar. Merangsang aparat berbuat beringas. Kali ini, bukan cuma aksi dorongan, tapi pukulan, dan tendangan secara kasar dilakukan aparat. Ayunan pentungan aparat trantib melayang-layang. Menumbuk tubuh beberapa pedagang yang berusaha bertahan. Para pedagang pun kocar-kacir. Berlarian menyelamatkan diri.
"Mundurr.. mundurr.."
"Hey, Pak, kenapa saya dipukul. Bapak jangan arogan. Saya gak bersalah, Pak..," teriak Nashir sembari memegangi kepalanya dengan darah segara bercucuran hingga merembes ke bajunya.
"Apa..!! Mau melawan melawan kamu, Hahh..!"
"Majuuu.. Bawa semuanya. Yang pakai kaos ijo, ya dia ambil barangnya..."
Ibarat pertarungan David melawan Goliath. Hasil akhirnya bisa ditebak. Aparat trantib terlalu perkasa untuk dilawan. Semua pedagang tersudut. Terlumpuhkan. Belasan di antara mereka diamankan. Diangkut ke dalam truk dengan pengawalan ketat.