Eko Sugitario kembali didera cobaan. Tepatnya tahun 2003. Eko merasakan ada yang nggak beres di kepalanya. Muncul benjolan. Sebesar biji jagung. Lamat-lamat, benjolan itu membesar sebesar bola pimpong.
Eko mulai tak tenang. Namun ia harus memastikan benjolan di kepalanya itu. Ia pergi ke dokter patologi. Setelah diperiksa intensif, diketahui kalau Eko mengidap kanker otak. Ya Allah..!
Eko makin syok lantaran dokter memvonis kanker itu sangat ganas. Sulit disembuhkan. Yang mengangetkan lagi, dokter memprediksi kalau Eko hanya mungkin bertahan dua bulan!
"Siapa yang nggak stres dengar vonis seperti itu," cetus dia.
Kesabaran dan ketabahan Eko kembali diuji. Â Masa itu, selain mengajar kesibukan Eko juga aktif sebagai pengurus di Pembina Iman Tauhid Indonesia (PITI) Jawa Timur. Dia kenal tokoh-tokoh seperti Abdurrahman Wahid, Amien Rais, Nurcholis Madjid (kini sudah almarhum), dan Abdullah Gymnastiar (A'a Gym).
Suatu ketika, pengurus PITI Jawa Timur mengundang A'a Gym. Memberikan siraman ruhani. Dari pengurus PITI, A'a Gym tahu kalau Eko menghadapi cobaan hidup yang berat. Apalagi dokter sudah memvonis hidup Eko tak akan bertahan lama.
Spontan, A'a Gym meminta bantuan pengurus agar dia bertemu dengannya. Selain kangen, A'a Gym ingin mengetahui perkembangan penyakit yang diderita Eko.
Eko ingat betul, dia bersama A'a Gym menginap di Hotel Garden di Jalan Yos Sudarso, Surabaya. Di sana A'a Gym berpesan padanya agar tetap berusaha dan berdoa kepada Allah.
"Siapa pun kalau ia ikhlas meminta pertolongan Allah, pasti doanya akan dikabulkan," ucap A'a Gym, seperti dititukan Eko.
Eko dan A'a Gym lalu bersama-sama menunaikan shalat tahajud. Kemudian mereka berdoa dengan penuh kesungguhan dan kesadaran. Kedua bola mata Eko berair.
"Sungguh, saya tak akan melupakan budi baik A'a Gym. Dia telah membesarkan hati saya untuk selalu tabah menghadapi cobaan hidup," kenang Eko.