Tak ada pilihan lain. Eko menuruti saran dokter. Operasi itu dilaksanakan di Gleen Eagle Hospital Singapore. Beberapa hari ia menginap di rumah sakit. Tidur, rebahan, dan harus makan dengan lauk pauk yang ditakar kadar gizinya.
***
Pascaoperasi tumor, Eko mengira sudah terbebas dari rasa sakit. Namun dugaannya meleset. Pasalnya, tumor itu menjadi lebih ganas setelah dioperasi.
Eko merasakan penyakitnya bertambah kronis. Dia pun kembali memeriksakan diri ke dokter. "Dokter bilang penyakit saya sangat serius. Bahkan hidup saya divonis tinggal enam bulan!" ungkap Eko.
Eko merasakan hidupnya tiada arti. Putus asa. Berada dalam ketidakpastian hidup. Hampa dan tiada guna. Dalam kekalutan, Eko masih menambatkan secuil asa. Dia tetap rutin berobat. Di samping itu, ia juga mencari pengobatan alternatif. "Non medis gitu lah," ucap dia.
Suatu ketika Eko bertemu seseorang. Ia tak ingat namanya. Dari perbincangan, orang itu meminta Eko bersabar dan tetap berikhtiar. Dia satu lagi: jangan tinggalkkan shalat tahajud. Kemudian orang itu memberi lembaran kertas. Bertuliskan doa-doa.
Shalat tahajud menyembuhkan penyakit? Begitu yang ada di benah Eko.
 "Ya, shalat tahajud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan, dan menghindarkan dari penyakit."
Eko sejatinya seorang mualaf. Dia memeluk agama Islam, tahun 1993. Eko sebelumnya penganut Kristen. Yang mengislamkan Eko saat itu Abdullah Gymnastiar karib disapa A'a Gym (Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung).
Yakin akan kekuatan Allah. Â Eko pun melakoni rutin shalat tahajud. Bangun saban malam, membeber sajadah, bertakbir, menundukkan kepala, bersujud kepada Allah. Desir batinnya selalu membimbing untuk terus melakukannya.
"Setiap napasku, seluruh hidup, hanyalah untukMu, Ya Allah. Maka, jika engkau izinkan, berikanlah kesembuhan atas segala yang saya alami......."