Mohon tunggu...
Agus Tulastyo
Agus Tulastyo Mohon Tunggu... lainnya -

Praktisi periklanan, Pengamat media, Peneliti. "All Truth passes thru three stages: First, it is ridiculed. Second, it is violently opposed. Third, it is accepted as self-evident." - Arthur Schopenhauer; German Philosopher

Selanjutnya

Tutup

Politik

“Badai Pengungsi” Senjata menaklukan Elit Uni Eropa? Analisis, dan yang Harus Anda Tahu

28 September 2015   14:02 Diperbarui: 28 September 2015   15:06 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi, harus diingat! ISLAM adalah ISLAM. Tidak ada Islam A, B, C, D, dan seterusnya. Jika ada Islam A, B, C, D, dan seterusnya, adalah Strategi Politik Pecah Belah “Divide and Conquer” atau “De Vide et Impera”, untuk menguasai dan mengendalikan umat, demi keuntungan dan kepentingan individu, dan Elite-Hegemony; TITIK!!! 

This project (Sunny and Shiite), which has been in the  planning stages for several years, consists in creating an arc of instability, chaos, and violence extending from Lebanon, Palestine, and Syria to Iraq, the Persian Gulf, Iran, and the borders of NATO-garrisoned Afghanistan.” globalresearch.

2. “Engineering Chaos and Regime Change”; Pada tahun 2007 Amerika Serikat (AS) mulai memekanisasi, merekonstruksi, dan merekonfigurasi strategi prioritas, yang berdampak pada perubahan besar - ideologi politik maupun pergantian rejim - di kawasan Middle East and North Africa (MENA Project), untuk kepentingan segelintir orang di Wall Street, Globalist, Global Bankster dan Global Corporations.

Seymour Hersh; (American investigative journalist and political writer based in Washington, D.C) dalam artikelnya di The New Yorker, 5 Maret 2007: The Redirection: Is the administration’s new policy benefitting our enemies in the war on terrorism? (terjemahan bebas)

“Untuk melemahkan Iran yang didominasi oleh kaum Syi’ah, pemerintahan Presiden Bush memutuskan dan melakukan rekonfigurasi prioritas di Timur Tengah. Di Libanon, pemerintahan G.W Bush bekerjasama dengan pemerintah Arab Saudi (notabene didominasi kaum Suni), menjalankan Clandestine Operation (operasi rahasia kriminal; illicit) dengan tujuan untuk melemahkan Hezbollah; Organisasi kaum Syi’ah yang dibantu Iran. AS juga berperan dalam Clandestine Operation di Iran dan Syria. Operasi-operasi tersebut untuk memproduksi, mendorong, dan mengakselerasi pertumbuhan kelompok Ekstrimis Suni, menjadi kelompok teroris mematikan, dengan visi Islam Radikal Militan, bersimpati pada Al Qaeda, dan pada dasarnya, juga sangat berbahaya bagi AS.” 

Seymour Hersh juga menguak keterlibatan AS - dibawah pemerintahan Presiden Bush -bersama sekutunya Arab Saudi melalui perantara, mulai memberi dan menyalurkan dana untuk mendanai Syrian Muslim Brotherhood, yang berperan sangat penting dan krusial sebagai pembuka phase terjadinya perang yang sangat destruktif dikawasan Levant sampai saat ini.  

Tahun 2008, dari Libya ke Syria dan setrusnya, Departemen Luar negeri AS mendata dan mengumpulkan seluruh aktivis dari kawasan MENA. Tujuan? Untuk mendapatkan titik mana dan apa yang paling efektif untuk melakukan dan menjalankan, Industri “Color Revolution”. Gagasan ini digagas oleh Washington dan WallStreet (Sumber: Intelligence Analysis). Mereka sengaja dipersiapkan, dan tidak mengetahui, bahwa dikemudian hari, harus bergerak dibawah koordinasi AS, yang telah merekonstruksi peta politik MENA, dan mendestabilisasi kawasan. Pada tahun 2011, strategi Clandestine Ops. dilaksanakan, diawali demo-demo dan pemberontakan menentang kebijakan penguasa. Propaganda masif melalui Main Stream Media  menggunakan terminologi dan slogan “Arab Spring”, agar terdengar dan terasa aktivitas Grassroots dan manis. Intinya:

"We need to take out their government, and run their country for them." - Dark Cabals; Globalist, Global Banksters, Global Corporation, Petrodollars.

Beberapa tahun sebelum pergerakan, Melalui NED (National Endowment for Democracy) dan Movement.org, para agitator terbang bolak balik Washington dan New York, serta kebeberapa tempat di beberapa negara. Untuk mendapatkan pelatihan, beberapa peralatan dan pendanaan untuk menjalankan operasi pergantian rejim, ketika mereka pulang ke negara masing-masing. Di Indonesia, NED (National Endowment for Democracy) dikenal dengan USAID (United States Agency for International Development).

Tanggal 14 April 2011 New York Time membuat Headline “US Groups Helped Nurture Arab  Uprising” 

“Bebera grup dan individu yang terlibat dalam pergerakan menentang pemerintah, menyebar ke seluruh kawasan (MENA). Termasuk pergerakan pemuda menentang pemerintah di Mesir tanggal 6 April. Entsar Qadhi, seorang aktivis Grass-root Pemimpin Pemuda Yaman, serta aktivis Bahrain Centre for Human Right, mendapat pelatihan dan bantuan dana dari International Republican Institute, the National Democratic Institute, dan Freedom House organisasi nirlaba Human Right yang berkedudukan di Washington.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun