“This project (Sunny and Shiite), which has been in the planning stages for several years, consists in creating an arc of instability, chaos, and violence extending from Lebanon, Palestine, and Syria to Iraq, the Persian Gulf, Iran, and the borders of NATO-garrisoned Afghanistan.” globalresearch.
2. “Engineering Chaos and Regime Change”; Pada tahun 2007 Amerika Serikat (AS) mulai memekanisasi, merekonstruksi, dan merekonfigurasi strategi prioritas, yang berdampak pada perubahan besar - ideologi politik maupun pergantian rejim - di kawasan Middle East and North Africa (MENA Project), untuk kepentingan segelintir orang di Wall Street, Globalist, Global Bankster dan Global Corporations.
“Untuk melemahkan Iran yang didominasi oleh kaum Syi’ah, pemerintahan Presiden Bush memutuskan dan melakukan rekonfigurasi prioritas di Timur Tengah. Di Libanon, pemerintahan G.W Bush bekerjasama dengan pemerintah Arab Saudi (notabene didominasi kaum Suni), menjalankan Clandestine Operation (operasi rahasia kriminal; illicit) dengan tujuan untuk melemahkan Hezbollah; Organisasi kaum Syi’ah yang dibantu Iran. AS juga berperan dalam Clandestine Operation di Iran dan Syria. Operasi-operasi tersebut untuk memproduksi, mendorong, dan mengakselerasi pertumbuhan kelompok Ekstrimis Suni, menjadi kelompok teroris mematikan, dengan visi Islam Radikal Militan, bersimpati pada Al Qaeda, dan pada dasarnya, juga sangat berbahaya bagi AS.”
Tahun 2008, dari Libya ke Syria dan setrusnya, Departemen Luar negeri AS mendata dan mengumpulkan seluruh aktivis dari kawasan MENA. Tujuan? Untuk mendapatkan titik mana dan apa yang paling efektif untuk melakukan dan menjalankan, Industri “Color Revolution”. Gagasan ini digagas oleh Washington dan WallStreet (Sumber: Intelligence Analysis). Mereka sengaja dipersiapkan, dan tidak mengetahui, bahwa dikemudian hari, harus bergerak dibawah koordinasi AS, yang telah merekonstruksi peta politik MENA, dan mendestabilisasi kawasan. Pada tahun 2011, strategi Clandestine Ops. dilaksanakan, diawali demo-demo dan pemberontakan menentang kebijakan penguasa. Propaganda masif melalui Main Stream Media menggunakan terminologi dan slogan “Arab Spring”, agar terdengar dan terasa aktivitas Grassroots dan manis. Intinya:
"We need to take out their government, and run their country for them." - Dark Cabals; Globalist, Global Banksters, Global Corporation, Petrodollars.
Beberapa tahun sebelum pergerakan, Melalui NED (National Endowment for Democracy) dan Movement.org, para agitator terbang bolak balik Washington dan New York, serta kebeberapa tempat di beberapa negara. Untuk mendapatkan pelatihan, beberapa peralatan dan pendanaan untuk menjalankan operasi pergantian rejim, ketika mereka pulang ke negara masing-masing. Di Indonesia, NED (National Endowment for Democracy) dikenal dengan USAID (United States Agency for International Development).
“Bebera grup dan individu yang terlibat dalam pergerakan menentang pemerintah, menyebar ke seluruh kawasan (MENA). Termasuk pergerakan pemuda menentang pemerintah di Mesir tanggal 6 April. Entsar Qadhi, seorang aktivis Grass-root Pemimpin Pemuda Yaman, serta aktivis Bahrain Centre for Human Right, mendapat pelatihan dan bantuan dana dari International Republican Institute, the National Democratic Institute, dan Freedom House organisasi nirlaba Human Right yang berkedudukan di Washington.”