Mohon tunggu...
Agus Tulastyo
Agus Tulastyo Mohon Tunggu... lainnya -

Praktisi periklanan, Pengamat media, Peneliti. "All Truth passes thru three stages: First, it is ridiculed. Second, it is violently opposed. Third, it is accepted as self-evident." - Arthur Schopenhauer; German Philosopher

Selanjutnya

Tutup

Politik

“Dark Justice dan J.S.O.C”, Kunci Penembakan di ESDM; “Justice May be Blind, But it Can See in The Dark!”

16 September 2015   11:05 Diperbarui: 16 September 2015   11:05 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

As a cop I lost my collars to legal loopholes, but I believed in the system. 

As a District Attorney I lost my cases to crooked lawyers, but I believed in the system. 

As a judge my hands were bound by the letter of the law, but I believed in the system. 

Until they took my life away. Then I stopped believing in the system; 

And started believing in JUSTICE; “Dark Justice”. 

Judge Nicholas Marshall; Dark Justice TV Series (1991-1993)

 

Sebagai Polisi, saya kehilangan posisi disebabkan lemahnya undang-undang. Tapi saya percaya pada Sistem. 

Sebagai Jaksa, sering kali dikalahkan oleh para Kriminal Berbaju Pengacara, Tapi saya tetap percaya pada Sistem 

Sebagai Hakim, tangan saya terikat pada Lembar Hukum (UU). Tapi saya tetap percaya pada Sistem.

Sampai satu hari mereka (kriminal) mengambil seluruh Kehidupan saya (Istri dan Anak menjadi korban Bom Mobil). Kemudian saya berhenti percaya pada Sistem.

Dan hanya percaya pada KEADILAN; “Dark Justice”.

Kisah “Dark Justice” yang terjadi:

Berita dari (Bulan Agustus yang lalu) Inggris, dua anak muda berumur 20th, yang sudah sangat muak dengan perilaku individu yang memiliki kelainan Sexual a.k.a Pedophilia, serta tumpulnya pihak kepolisian dalam pengungkapan kasus. Kemudian kedua anak muda tersebut memanfaatkan dunia teknologi untuk menjerat para pedophile, dengan membuat website porno rekayasa, menampilkan gambar anak dibawah umur yang terlihat Pemalu dan Naif. Tidak berselang lama website tersebut berhasil mengundang beberapa pedophile masuk perangkap. Singkatnya mereka menghubungi pihak kepolisian serta memberi bukti video, dan memenjarakan mereka. AWESOME!!!

Lengkap kisahnya:

http://www.mirror.co.uk/news/uk-news/vigilante-group-dark-justice-lure-6221357 

http://www.dailymail.co.uk/news/article-2958892/Moment-paedophile-57-snared-vigilantes-tricked-thinking-meeting-14-year-old-schoolgirl.html 

http://www.ibtimes.co.uk/dark-justice-vigilante-paedophile-hunters-who-revel-football-factory-stings-1487244 

Perihal “Dark Justice” yang dilakukan kedua anak tersebut memang mengundang kontroversi dan debat tidak berkesudahan, namun masyarakat luas dan pemerintah meresa diuntungkan. Lalu siapa yang menentang dengan keras dan menganggap mereka melakukan pekerjaan melawan hukum dan etika? Para Kriminal Berbaju Pengacara dan penasehat hukum para phedophile, serta para pundit pedophile. Mengapa? Karena “Dark Justice” juga menjaring pedophile yang berprofesi sebagai Pejabat pemerintah, Akademisi, Guru, Politisi, Profesional dan Polisi. Sampai saat ini pemerintah Inggris tetap mendukung, kedua anak muda itu menjadi tokoh “Dark Justice”, pemburu yang memburu kelompok pedophile.

Tentu konsep dan strategi “Dark Justice”  dalam penanganan para mafia dan Greedy Crook Capitalist “dung of the devil a.k.a kotoran iblis” yang merusak sistem kenegaraan dan bangsa, jelas berbeda, lebih sophisticated. Penanganannya membutuhkan personel khusus dan keahlian dari berbagai disiplin ilmu dan profesi. Serta peralatan pendukung taktis-strategis yang mumpuni. J.S.O.C (Join Special Operation Command) akan menghimpun, menjaring, dan merekrut secara ketat personel Taktis dari Pasukan Para Komando. Satuan ini akan mengintai, mengamati, menetralisir dan men-deter target, baik tatkala mereka berada di dalam negeri maupun di luar negeri.

Penembakan ESDM; “Connecting The Dot’s” untuk mengungkap yang lebih besar.

Jangan percaya 100%, tapi juga tidak perlu menyalahkan pernyataan resmi Polisi. Apabila mereka hanya mengumumkan siapa pelaku penembakan, menggunakan senjata dan kendaraan apa. Sebenarnya mereka mengetahui siapa dalang dan tokoh yang mendalangi. Namun, karene Sistem Hukum yang tidak mendukung, maka mereka sulit atau bahkan akhirnya melepaskan tersangka dalang begitu saja. Disatu sisi, dilema bagi Pihak Kepolisian, masyarakat menuntut kerja Polisi untuk mengungkap, sang dalang. Disisi lain ia lemah dan kesulitan untuk membuktikan, karena sistem. 

Ada kebiasaan buruk Pihak Kepolisian di Dunia Barat, ketika panik karena tuntutan masyarakat, mereka menggunakan atau mencari “Korban Kambing Hitam a.k.a Patsy”. Apakah anda tahu Pembunuh atau Penembak Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy? Jawabnya, penembak tunggal bernama Lee Harvey Oswald. Salah! Berita penetapan tersangka resmi itu memang dipertahankan selama puluhan tahun. Penelitian terackhir mengungkap, bahwa ada 8 Sniper dari berbagai penjuru, dan pembunuhan itu sendiri merupakan sebuah Konspirasi Politik yang sangat kompleks, dengan tersangka utama Presiden/Wakil Presiden Amerika Serikat Lindon B. Johnson.

L.H Oswald, ketika diwawancara mengatakan “Saya hanya korban, dijadikan Kambing Hitam; I’m just a Patsy!”, lalu ia dibunuh. Tidak berbeda dengan pembunuhan Senator Robert F. Kennedy, menggunakan korban Kambing Hitam, atas nama Sirhan Bishara Sirhan (MK-Ultra?). Kemudian Edward Kennedy, pesawatnya disabotase, namun ia selamat sementara penumpang lainnya meninggal, kambing hitam? Cuaca. Juga putra mendiang Presiden AS John F. Kennedy, yang bernama John F. Kennedy Jr., “Cuaca dan Keteledoran” sebagai Kambing Hitam. Tragedy mendiang Putri Diana (Inggris), Kambing Hitam? Sopir kendaraan pribadi yang terlalu banyak mengkonsumsi alkohol.

Semua kasus tersebut di atas, terbongkar oleh para Peneliti dari berbagai Universitas dan Peneliti Independen, menggunakan metoda “Connecting the Dot’s” dan penelusuran waktu (jam, menit, dan detik) a.k.a Timeline. Kesimpulannya, tragedi yang terjadi sudah terencana atau direncanakan sebelumnya (Conspiracy Plot) . Oleh karena ketidak mampuan Pihak Berwenang dan Kepolisian untuk menindak sang Dalang, maka mereka mencari korban sebagai Kambing Hitam, dijadikan penampung muntahan kemarahan masyarakat. Pihak kepolisian pun terhindar dari cercaan, Sang Dalang berkuda di Ranch nya.  

Apakah Pihak Kepolisisan negeri ini akan menggunakan Kambing Hitam untuk menutup Kelemahan dan Ketidak Beranian untuk membongkar Dalang penembakan di ESDM? Kita belum bisa memvonis apapun, karena yang mereka hadapi adalah sebuah kejahatan berantai yang akan membawa banyak pihak ke meja hijau. Tapi yakinlah mereka tahu apa yang mereka harus kerjakan dan laksanakan, hanya sistem yang membelenggunya. Mereka tahu, dan masyarakat kebanyakanpun tahu, dimana lokasi para “Don Corleone” Mafia Migas dan Greedy Crook Capitalist berada saat ini. Bahkan BAIS, BIN, dan badan intelijen lainnya, mengetahui secara tepat dimana lokasi tempat tinggal, berkantor, menggunakan kendaraan apa sehari-hari, dan apa saja yang mereka komunikasikan setiap detiknya. Juga, aktivitas seluruh keluarga besar para Mafia Migas dan Greedy Capitalist, mulai dari istri, anak, paman, keponakan, mantu calon mantu, semua. Pertanyaan besarnya, apakah presiden berani mengambil sebuah keputusan untuk membentuk Unit J.S.O.C? Mudah-mudahan sudah dibentuk, karena tidak perlu dipublikasikan.

Sudah seharusnya Presiden Jokowi berani mengambil sebuah keputusan yang mungkin kontroversial dengan membentuk Unit J.S.O.C, karena ia tidak mempunyai beban sama sekali. Beban terberatnya adalah bertanggung jawab kepada Rakyat dan Negeri Pertiwi. Presiden tidak memiliki beban, karena ia sampai detik ini masih menggunakan dan memakai baju yang bersih tidak ada noda, bernoda, atau ternoda. Yang diperlukan adalah kesadaran politiknya, karena kinerja peradilan dan aparatnya kurang bisa diharapkan untuk menuntaskan dan menetralisisr para kriminal tersebut di atas. Oleh karenanya ia harus memberi kesempatan bagi orang yang  benar-benar ingin dan mampu melumatkan mereka, dengan membentuk unit J.S.O.C. Bukankah TNI 8 kali berturut-turut menjadi juara umum di Australia? Peradilan dan para aparatnya mungkin buta atau dibutakan, namun percayalah, Keadilah bisa melihat dengan jelas sekalipun dalam Gelap. 

Mari kita tunggu dan lihat selanjutnya, apakah kita akan menyaksikan “Don Corleone” Mafia Migas dan Greedy Crook Capitalist, ditangkap dan dibawa ke meja hijau atau “bergelimpangan” di pinggir jalan layaknya “dung of the devil a.k.a kotoran iblis”?   

“JUSTICE MAY BE BLIND, BUT IT CAN SEE IN THE DARK” - Judge Nicholas Marshal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun