Pertama, kalau para Hacker asing tersebut menggelembungkan hasil pemungutan suara sebanyak 4 juta suara, apa gunanya? Seluruh rakyat Indonesia tahu, bahwa perbedaan suara diantara kedua pasangan adalah 8 juta suara lebih. Pernyataan ini akhirnya akan berakibat buruk terhadap citrai mereka dimata masyarakat. Yang paling menyedihkan adalah pernyataan, “Hackers menggelembungkan suara”, kontradiktif dengan pernyataan Bareskrim Polri, bahwa para Hackers hanya melakukan kejahatan kriminal biasa (Common Cyber Crime) yang tidak berhubungan dengan Pilpres.
Kedua, Hackers Indonesia adalah salah satu Hackers yang paling disegani didunia, jadi hanya orang “Bodoh” yang menggunakan Hackers asing, dengan “membayar mahal”. Memang, adanya Hackers asing patut dipertanyakan, mungkin saja ada agenda tertentu, tapi itu semua sudah disanggah oleh Bareskrim Polri.
Ketiga, apabila para Hackers (terutama Indonesia) tidak terima dengan pernyataan dan merasa direndahkan atau difitnah, tentu mereka tidak segan-segan menyerang balik. Dalam kutur mereka tidak ada rumusan politik, kecuali dalam kondisi tertentu, sebagai contoh, mereka meretas website pemerintah Israel dengan alasan yang sangat khusus.
Pada dasarnya, kultur bangsa ini tidak memberikan kesempatan berkompetisi dengan cara-cara tersebut di atas. Kultur bangsa ini adalah kultur yang menjunjung tinggi nilai dan harkat kemanusiaan, kesopanan dan keramahan. Yang terjadi adalah fenomena baru yang diciptakan dan dibawa oleh orang-orang tertentu, untuk menghancurkan Tata Nilai Kehidupan Bangsa. Sebaiknya para politisi sadar dan mengevaluasi diri, jangan terus menerus menyakiti hati rakyat dan bangsa. Sebagian besar rakyat negeri masih berjuang keras untuk mengentaskan diri dari kemiskinan, sebagian lagi dibawah garis kemiskinan. Sadarlah!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H