Mohon tunggu...
Agustinus Triana
Agustinus Triana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tinggal di Lampung

Menulis agar ada jejak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Kerajaan Baru; Antara Krisis Emosional, Kekuatan Luar, dan Negara yang Lalai

23 Januari 2020   15:00 Diperbarui: 23 Januari 2020   18:21 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : tribunnews.com

Pada sisi lain, Negara juga dianggap belum begitu hadir untuk memberikan perlindungan terhadap eksistensi simbol-simbol budaya Nusantara yang terancam oleh upaya-upaya pemurnian agama.

Demikian juga dengan penyelesaian masalah ekonomi oleh Negara. Usaha-usaha modern yang dilakukan Pemerintah dinilai oleh sebagian masyarakat tidak mampu memberikan solusi yang berkeadilan. Hal ini juga yang mendorong semakin klimaksnya kepercayaan semu masyarakat pada keberadaan harta karun zaman kerajaan dahulu yang bisa dijadikan jalan singkat penyelesaian masalah ekonomi mereka.  

Fenomena munculnya kerajaan-kerajaan baru akhir-akhir ini tidak bisa dilepaskan dari krisis emosional dan stres mental yang melanda masyarakat kita akibat gesekan kepentingan budaya dan masalah ekonomi.

Krisis emosional dan stres mental ini kemudian bertemu dengan kekuatan dari luar. Kekuatan dari luar dengan segala motifnya memanfaatkan krisis emosional dan stres mental masyarakat. Kekuatan ini kemudian menghimpun masyarakat tersebut, mewadahi, dan menghadirkan simbol-simbol seperti apa yang dikhayalkan masyarakat. Maka muncullah kerajaan-kerajaan baru sebagai bentuk yang paling sesuai dengan dahaga dan romantisme masyarakat.     

Oleh karena itu, kurang bijak rasanya jika kita melihat fenomena munculnya kerajaan-kerajaan baru ini sebagai fenomena biasa. Atau sebatas fenomena pelanggaran hukum dengan motif ekonomi. Karena jika ditelisik lebih jauh, kemunculan fenomena ini tidak bisa dilepaskan dari faktor ancaman terhadap nilai-nilai tradisi dan budaya yang telah menjadi suasana kebhatinan masyarakat kita.

Pemerintah harus mensikapinya sebagai sebuah gejala sosial akibat perubahan-perubahan yang tidak seimbang dalam masyarakat. Salah satu cara mensikapinya dengan memberikan penghargaan pada suasana kebhatinan masyarakat terhadap keyakinan tradisi dan warisan budaya luhur Nusantara tersebut. Namun usaha tersebut harus tetap mengindahkan ancaman munculnya nilai-nilai feodal, sehingga perubahan-perubahan sosial terjaga keseimbangannya.  

Kita tentu tidak menghendaki kerajaan-kerajaan yang memiliki kekuasaan politik seperti masa lampau. Tetapi, menghargainya sebagai bagian dari peradaban yang membentuk berdirinya Republik ini adalah langkah yang tepat agar tidak muncul lagi letupan-letupan ketidakpuasan masyarakat dalam rupa-rupa baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun